Topic:A lesson I learned the
hard way…
C R I M S O N
It
was like running through a crimson colored tears and find out the last destination.
Jika ada hal yang paling membuat saya sampai (hiperbolisnya) berdarah-darah dalam mempelajarinya, maka itu adalah:
Pada dasarnya saya adalah seseorang dengan lokomotif berdaya diesel octa-core (hahaha, ini ngomongin sepur apa gadget?) yang lebih parahnya terlahir dengan golongan darah O (yang terkenal amat sangat kepingin bisa segalanya). Masa muda saya (walaupun saya juga belum seberapa tua) dihabiskan dengan berusaha menjadi yang terbaik, yang terbaik dan yang terbaik.
Tidak jarang, sehari sebelum suatu pengumuman (entah itu raport atau kejuaraan tertentu), saya bakal insomnia dan membangunkan orang-orang rumah untuk menenangkan saya :p
Kalau tidak salah di ilmu psikiatri namanya adalah kecenderungan 'obsesif-kompulsif'.
Saya mulai berubah saat saya masuk sebagai dokter muda di sebuah rumah sakit tempat saya menjalani pendidikan profesi. Disitulah saya mulai belajar menerima bahwa idealisme dan realita adalah dua 'makhluk' yang kadang tidak bisa berjalan bergandengan, walaupun tetap beriringan.
Mungkin saya yang kurang tahu bagaimana harus bersikap kali ya? Plus terlalu naif dan terlalu polos (apa e bedanya naif dan polos?)
Namun,
Titik balik perubahan pada diri saya terjadi pada tahun 2012, saat saya dihadapkan pada masa-masa tersulit dalam hidup saya. Saat itulah untuk pertama kalinya saya sadar bahwa sekuat apapun saya, sehebat apapun perjuangan saya, pada akhirnya Allah-lah yang memutuskan.
Saya harus merelakan salah satu orang yang paling berharga dalam kehidupan saya pergi.
Saya harus merelakan salah satu orang yang paling berharga dalam kehidupan saya pergi.
Saya belajar untuk introspeksi diri dan mulai belajar mempersiapkan diri untuk semua kemungkinan, bukan hanya outcome positif, tapi juga outcome yang negatif.
Sekarang, tiga tahun berlalu sejak 2012, anehnya, saya bersyukur pernah mengalami semua rasa kehilangan itu. Seandainya saya tidak pernah mengalaminya, saya akan tetap menjadi sosok yang merasa bahwa semua hal akan berjalan seperti yang saya inginkan.
Sejak tahun 2013, saya sudah menjadi pribadi yang lebih laid back, dan menjalani hidup dengan berdasar kepada pehamahan bahwa setiap hal terjadi karena maksud tertentu. Sejujurnya, saya mengalami beberapa kegagalan dan kehilangan yang cukup 'wow' setelah event tahun 2012 dan saya pernah sampai di titik batas (sudah hampir freak out). Namun, alhamdulillah, saya bisa melewatinya.
Dan memang, jika tidak pernah ada milik kita yang diambil, maka tangan kita akan selalu terlalu penuh untuk menerima berkah lain yang lebih besar.
Sejak tahun 2013, saya sudah menjadi pribadi yang lebih laid back, dan menjalani hidup dengan berdasar kepada pehamahan bahwa setiap hal terjadi karena maksud tertentu. Sejujurnya, saya mengalami beberapa kegagalan dan kehilangan yang cukup 'wow' setelah event tahun 2012 dan saya pernah sampai di titik batas (sudah hampir freak out). Namun, alhamdulillah, saya bisa melewatinya.
Dan memang, jika tidak pernah ada milik kita yang diambil, maka tangan kita akan selalu terlalu penuh untuk menerima berkah lain yang lebih besar.
Bukan hal yang mudah menelan bulat-bulat semua komentar orang lain di sekitar saya sambil tetap tersenyum, apalagi saya aslinya suka lempar sesuatu (lempar sandal, lempar kucing, lempar senyum, dll, hahaha XD), tapi saat saya menuliskan ini, saya sadar bahwa saya pada akhirnya tetap bisa menikmati masa-masa kehidupan saya sampai saat ini.
Apa yang saya lakukan? Hmm... tetap menjalani hidup dengan baik, mencegah agar tidak galau maupun iri, lalu tetap yakin bahwa Allah selalu punya maksud di balik setiap hal yang Ia ambil dan Ia beri.
Change what you cannot accept, but accept what you cannot change. Life is surprisingly very simple.
Change what you cannot accept, but accept what you cannot change. Life is surprisingly very simple.
So anyway, I made it out alive through the ground of crimson.
---
saya bersyukur pernah mengalami semua rasa kehilangan itu. Seandainya saya tidak pernah mengalaminya, saya akan tetap menjadi sosok yang merasa bahwa semua hal akan berjalan seperti yang saya inginkan.
BalasHapusSuka dg kalimat diatas kak^^
alhamdulillah disuka :)
Hapussemoga cukup saya saja yang mengalami sampai sebegitunya, semoga tidak menular ke siapa-siapa :)
jika tidak pernah ada milik kita yang diambil, maka tangan kita akan selalu terlalu penuh untuk menerima berkah lain yang lebih besar. Wow sekali :)
BalasHapushihihi... walaupun saya heran kenapa dikau mengambil kembali komen dari postingan kemarin, padahal sy suka banget sama komennya lho :D
Hapusndakpapa deh, sudah diganti komen yang ini :)
Saya apalagi k
HapusJadi pengen ketemu langsung begitu
Biar tau cerita langsung dr sumbernya
#kepogakilangilang
Cuman dipikir2 nampaknya alay sekali
Takutnya akan membuat para pembaca lain ilfeel atau kehabisan bahan gegara komen panjang tak berujung dan bikin mereka gak jadi komen
Padahal tulisan kk kereeeennnn sekaaaliiii :')
aduh, nanti ngakak ndak selesai-selesai kalau dengar cerita full-nya, hahahaha XD
Hapustengkyuu yaaa <3 <3
He he...kdng cinta jg kebebasan, sist. Seringkali Tanpa sadar mengukuhi apa yg bukan milik qt dgn terlalu kuat sampe harus diambil paksa sm yg punya
BalasHapusah iya benar... benar-benar benar, hehehe :D
Hapustapi kalau ndak gitu juga saya ndak bakalan belajar juga (coba ambil positipnya)
apalagi menerima kenyataan dengan legowo ya? :D
BalasHapuseh klo goldor O emang gitu, pengen apa aja bisa dengan hasil terbaik, dulu sempat gitu juga cuma seiring dengan berjalannya waktu akhirnya bisa menerima juga :)
Hai sesama O, senang deh ternyata memang sama dengan isi pikiran saya, berarti saya O yang normal gitu :D
Hapus