Sabtu, 21 Januari 2017

Kimi No Na Wa: A Review




They converge and take shape, they twist, tangle, sometimes unravel, then connect again, that’s… time.

Title: Kimi No Na Wa / 君の名は / Your Name
Director: Makoto Shinkai
Producer: Noritaka Kawaguchi, Genki Kawamura
Seiyuu: Ryunosuke Kamiki, Mone Kamishiraishi, Masami Nagasawa, Etsuko Ichihara, etc.
Music: Radwimps
Cinematography: Makoto Shinkai
Distributor: Toho
Released: August 2016 (Japan), December 2016 (worldwide)
Duration: 107 minutes
Language: Japanese
Awards: 
Best Animated Feature Length Film (49th Sitges Film Festival)
Best Animated Feature Special Distinction Prize, Best Animated Feature Audiences Prize (18th Bucheon International Animation Festival)
Nominated as Best Film (60th BFI London)
Arigatō Award for Makoto Shinkai (29th Tokyo International Film Festival)
Special Prize for Radwimps (58th Japan Record Award)
Best Film (2016 Yahoo! Japan Search Award)
Best Director for Makoto Shinkai (29th Nikkan Sports Film Award)
Best Animated Film (2016 LACSA Award)
Special Distinction Prize (Best Team of The Year 2016)
Nominated as Best Picture (41st Hochi Film Award)
and many other nominations... 

Pertama kali saya lihat trailer movie ini di pesawat, saya cuma sempat browsing sekilas setibanya saya di tujuan, melihat deretan award yang diraih, tapi tidak (belum) sempat benar-benar nonton maupun download. Jadi, akhirnya saya berkesempatan nonton movie ini di penerbangan lima bulan berikutnya, dan… sempat bingung mencegah supaya tidak-nampak-seperti-orang-aneh (if you know what I mean) di sepertiga terakhir movie.

Because my face must showed too many emotions at once.

Setidaknya wajah saya tidak aneh saat pramugari lewat :p

Jadi, movie ini bercerita tentang dua orang yang saat ini tinggal di Tokyo. Keduanya tidak saling kenal, namun sama-sama merasakan adanya ‘feeling like they’ve lost something important’. Selama bertahun-tahun, keduanya mencari apa yang hilang, tanpa mereka pernah bisa mengingat apa sebenarnya yang mereka cari, orang, benda, ataupun tempat. 

 
--Beware! Spoiler ahead. Read at your own risk--

Cerita bergulir ke ‘Itomori no Machi’, sebuah kota yang dibangun mengelilingi sebuah danau bernama sama. Disana, ‘Mitsuha’ terbangun dan menemukan dirinya tidak berada di ‘dirinya sendiri’, dan membuat Yotsuha, adiknya, kebingungan karena menemukan kakaknya  berlaku aneh. Keesokan harinya, Mitsuha kembali terbangun dan menemukan bahwa ia tak bisa mengingat apa yang terjadi pada dirinya sehari sebelumnya, sedangkan keluarga dan teman-temannya mengatakan bahwa kemarin dia tak seperti dirinya yang biasanya.

‘Taki’ terbangun di suatu tempat di Tokyo dan seperti halnya ‘Mitsuha’, ia dengan cepat menyadari bahwa ia tak berada di ‘dirinya sendiri’. ‘Taki’ awalnya kebingungan dan menganggap  dirinya bermimpi, namun dengan segera the glow of Tokyo swallows him. Menganggap keinginannya untuk lahir dan besar di Tokyo menjadi terwujud walau hanya dalam mimpinya, ‘Taki’ menghabiskan waktunya menjelajahi Tokyo dan terlambat masuk sekolah.
‘Taki’ pun sempat membuat teman-temannya bingung karena menyebut dirinya dengan ‘watashi’, ‘watakushi’ dan ‘boku’ (LOL XD), sangat tertarik dengan kafe, dan effortlessly membantu Okudera, seorang senpai di tempatnya bekerja part-time.

Keesokan harinya, Taki kembali terbangun, namun tanpa bisa mengingat apa yang ia alami sehari sebelumnya. Ia pun kebingungan saat menemukan coretan bertulis ‘Mitsuha’ di telapak tangannya, sepotong diary di agenda dalam smartphonenya, juga kemarahan teman-temannya di part-time karena (menurut mereka) Taki pulang bersama Okudera sehari sebelumnya. Mitsuha pun terbangun dengan kebingungan karena menemukan teman-temannya kembali memandanginya dengan aneh karena kehebohan yang kemarin ia timbulkan di sekolah (namun Mitsuha tidak bisa ingat apa yang ia lakukan).


Maka, Taki dan Mitsuha pun akhirnya menyadari satu hal: they swapped bodies!

Maka, keduanya pun menggunakan diary untuk menceritakan hal-hal yang mereka alami setiap bertukar tempat untuk memastikan bahwa mereka masih saling bisa mengikuti hidup mereka masing-masing. Meskipun demikian, karena kepribadian berbeda, keduanya sama-sama dibuat frustasi oleh counterpart masing-masing. Efek samping (atau keuntungan?) dari body-swap ini adalah bahwa ‘Taki’ akhirnya menjadi sangat dekat dengan Okudera, sedangkan ‘Mitsuha’ menjadi idola di sekolahnya.

Selama menjalani harinya di Itomori, Taki mempelajari tentang ‘musubi’ (thread of time, bahwa waktu dan jiwa manusia saling terkait satu sama lain) dan ‘kakuriyo’ (the afterlife, spot dimana energi alam paling murni), ‘kuchikamizake’ (the oldest sake, sake yang dibuat sebagai persembahan untuk para dewa), ‘kataware-doki’ (twilight, yang dipercaya sebagai waktu dimana hal-hal di luar nalar dapat terjadi) dan komet Tiamat.

Di Tokyo, Mitsuha berhasil mengatur kencan untuk Taki dan Okudera, namun karena clumsiness Taki, kencan tersebut akhirnya tidak berlangsung sesuai harapan Mitsuha. Taki berencana untuk menceritakan hal tersebut pada Mitsuha, namun entah mengapa ia tak pernah bisa lagi menghubungi Mitsuha. Berbekal ingatan tentang kota tempat tinggal Mitsuha, Taki memutuskan untuk mencari Mitsuha.

Then the red string of fate makes its move…

Berhasilkah Taki menemukan Mitsuha dan menggerakkan kembali ‘waktu’ yang terhenti?

---

The review:
Movie ini merupakan mixing yang harmonis dari storyline, artwork, sound dan seiyuu. It plays with your heartstring very well so please beware. Artwork dalam movie ini luar biasa bagus (and I am not exaggerating, fyi). Scene per scene nampak terencana dengan baik, fokus dari satu adegan ke adegan lain dengan mudah mengarahkan penonton ke poin yang terpenting dalam adegan tersebut. Kekuatan fokus per scene ini nampak jelas saat akhirnya Taki menemukan nama Mitsuha dalam daftar nama penduduk Itomori. Saat menonton movie ini, rasanya semacam pingin mengabadikan semua scene, because everything looks beautifully crafted. Banyak hal yang subtle yang ditampilkan di movie ini, yang mungkin baru bisa ditemukan saat re-run, misalkan standing tea-stalk, tanda keberuntungan yang muncul di cangkir teh Taki (I dare you to find it).
 

Sound dan seiyuu memberikan tambahan ‘volume’ dalam tiap adegan yang muncul. Radwimps memberikan lirik dan musik yang menyatu dengan suasana hati Taki dan Mitsuha saat keduanya berpacu dengan waktu untuk bisa saling menemukan satu sama lain. Saran saya, pakailah headset yang mendukung surround-sound, kalau bisa ditonton saat malam hari atau suasana sepi, jadi seluruh efek dalam movie ini bisa maksimal.

To be honest, saat nonton di pesawat dengan bising mesin dan sebagainya, movie ini sudah luar biasa, apalagi kalau ditonton di suasana sepi.

Banyak orang berpendapat bahwa sepertiga akhir dari movie ini (terutama 20 menit terakhir) adalah bagian yang paling touching, namun menurut saya, emosi sudah mulai campur aduk sejak perjalanan Taki mencari Mitsuha dimulai. Tapi saya setuju dengan pendapat sebagian besar orang, bahwa best scene adalah kataware-doki di kakuriyo, the scene that nearly brought me to tears.

Well, okay, it brought me to tears, and I almost screamed when the scene frustratingly ended.
  

Like I said, this movie plays with your heartstring very well so please beware. And when he remembered who gave him the braid on his wrist, the twilight gave him the answer.

Cerita dalam movie memang tidak dirancang untuk mendetail seperti halnya serial, jadi bukan tidak mungkin ada banyak hal yang tidak terjelaskan dengan detil, namun wrapping dari storyline movie ini memungkinkan kita untuk mendetilkan sendiri apa yang terjadi antara satu adegan dan adegan lainnya. Apa yang paling berkesan bagi saya saat nonton movie ini? Hmm… sulit dijawab, karena hampir semua hal dalam movie ini begitu berkesan untuk saya. Mudahnya, tonton saja movie ini dan buktikan apa yang saya sampaikan diatas :)


See trailer here. See Radwimps official 'Sparkle' video here.



‘Happy ending apa tidak?’ adalah pertanyaan dari banyak orang yang saya beri rekomendasi untuk nonton movie ini. Jawaban saya adalah:
When it is meant to be, then it will be. When it is not, then it will not be. But when it is meant to be, no matter how far, how long and how much must be endured, it will still be.

End of review.

Note: berhubung saya belum sempat cari yang HD, jadi sementara review ini saya hias dengan screencapt versi 480 ya. Sekedar saran, tontonlah yang HD, agar scene dalam movie ini jauh terlihat mempesona :)



3 komentar:

  1. kok sama ya, udah donlot ini film dari bulan lalu, gegara lihat komen orang aja, katanya bagus.

    Tapi sampai sekarang belum ditonton juga. XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. tonton ajaa... ndak nyesel kok nontonnya :D
      kalo bisa cari yang HD sekalian, biar kekerenan movie ini lebih kelihatan :p

      Hapus
  2. kangen review siennra, muvi animenya layak ditonton ni sepertinya #cariwaktubuatdownload atau streaming hehe

    BalasHapus

terima kasih sudah membaca, have a good day!