Minggu, 30 Oktober 2011

hari-hariku sekarang...

belum ada setahun yang lalu saat hari-hariku penuh dengan jaga, jaga dan jaga,
dan saat saya nemplek di lab terakhir saya, yaitu Anastesi, ortu saya dengan heran bertanya, "serius ini kamu cuma jaga tiga kali??"


kemudian setelah itu hari-hari saya dipenuhi dengan ngurus ttd kesana kemari supaya bisa yudisium tepat waktu,


dan dengan segera hari-hari saya kemudian dijejali dengan segebok soal-soal UKDI untuk dibaca,
wow, keren juga saya, bisa nyelesekan dua kompilasi soal yang dua gebok itu, hohohoho... #bangga
juga disela-sela persiapan UKDI itu pula saya pontang panting ngrurusi keperluan pre-kuliah Biomedik,
wew, what a day,
kalau diingat-ingat, sempat terbersit kekhawatiran karena saya menjalaninya setengah-setengah, ikut bimbingan ukdi setengah-setengah, ikut bimbingan pre-kuliah Biomedik juga setengah-setengah,
temen2 yang biasa duduk di sekitar saya selama bimbingan UKDI tahu persis bahwa saya kalo pagi gak selalu ikut bimbingan UKDI, seringnya ngilang ke bimbingan pre-kuliah Biomedik,


alhamdulillah, semua berjalan lancar,
tak habis rasa syukur rasanya kalau mengenang masa-masa itu...


dan bagaimana dengan hari-hari sekarang?


well, jujur, penuh dengan tugas!! hahahaa :D
gak ada seharipun tanpa buka laptop UNTUK NGERJAKAN TUGAS,
gak ada seharipun gak buka internet UNTUK NGERJAKAN TUGAS,
terasa banger bedanya dibanding beberapa bulan lalu, dimana kepentingan saya buka laptop adalah leisure time semata,
terasa berat saat dibayangkan, of course, tapi alhamdulillah (lagi), saya berada diantara teman-teman kuliah yang saling mendukung satu sama lain,
mungkin karena teman-teman saya kebanyakan sudah 4 tahun atau lebih diatas saya, jadi pembawaan mereka lebih dewasa dan tidak terkesan grusa-grusu,
dan sekali lagi saya pun bersyukur, alhamdulillah...

hari-hari saya sekarang ini adalah, kuliah tiap hari, senin sampe jumat (kalo pas ada jadwal jumat), tiap jam 8-12 siang,
praktikum tiap hari senin,
UTS dan UAS seperti halnya adek2 S1,
presentasi minimal 1 paper tiap minggu,
ngumpulkan tugas terstruktur minimal 1 tugas tiap minggu,
dan setiap hari selalu ada pertanyaan, "next deadline apaan nih??"


tak lupa pula, dengan masih mencoba menyeimbangkan otak saya,
tiap senin saya download film, hahaha, sebutlah film favorit saya saat ini: Persona 4 The Animation yg sedang on air di Jepang sekarang :D
dan tiap hari kamis siang, saya buru-buru pulang buat main game,
sesuai filosofi saya, whenever i study hard, i play hard,


jumat adalah pengganti hari minggu bagi saya,
saat gak ada kuliah, saya sering jalan-jalan pada hari ini,
sabtu adalah hari negal, saya cari duit dengan cara ngisi klinik di kota Malang selama 24 jam, jadi saya baru pulang ke rumah pada minggu pagi,
kegiatan saya di klinik, selain mbantuin pasien, juga ngerjakan tugas-tugas terstruktur yang pastinya menunggu untuk diselesaikan (sampe mbak kliniknya hapal semua :D)


minggu pagi saat pulang, aktivitas saya setelah buru-buru sarapan adalah mbersihkan mobil dan bersih-bersih rumah,
kemudian kembali ke depan laptop dan menyiapkan apa yang harus disiapkan sampe dengan hari kamis/jumat mendatang,


terus seperti itulah pola kehidupan saya hari ini,
terlihat membosankan?
hahahaha, nggak juga sih,
dengan beragam hal yang saya lakukan dalam seminggu, rasanya saya perlu bersyukur lagi (alhamdulillah) saya tidak bosan sampai saat ini,
semoga tidak bosan seterusnya,
soalnya sepertinya inilah rutinitas saya selama setidaknya satu setengah tahun kedepan,
hehehe,


seperti kata seorang dosen saya yang terkenal killer tapi (alhamdulillah) baik hati sama saya,
jangan hanya melakukan apa yang kamu suka, tapi sukailah apa yang kamu lakukan

Rabu, 05 Oktober 2011

Dokter itu Harus Spesialis........ kah?

Saat sudah lulus begini, ada banyak persimpangan yang kita temui,
Ada banyak kemugkinan yang menunggu untuk dicoba,
Dan sejuta alasan yang membantu kita memilih salah satu,

Dan pilihan saya jatuh ke S2
Ada (banyak) orang yang bertanya pada saya tentang hal ini,
Ada (banyak) orang yang heran dengan keputusan saya,
Sebagian yang baik hati akan bertanya ttg alasan saya,
Sebagian lagi akan langsung berkata, "lho, aku kirain kamu bakal ambil spesialis,"
Dan sebagian lagi membuat saya geli dengan berkata, "ngapaiiinnn kamu S2???!! Sayang loh kalo kamu S2 aja! Langsung spesialis aja kek, PTT kek, itu kan lebih cocok buat kamu,"
Dan masih banyak lagi komentar lainnya,
Tidak sekali juga, saya dapat semacam cercaan dari sekitar, mengatakan S2 itu rendah lah, prestigenya ga ada lah, ntar ilmu gak berkembang lah, dan segudang hal yang membuat saya ngakak lainnya,

Keputusan saya ambil S2 memang dirasa mengejutkan oleh banyak orang, walaupun sebenarnya tidak juga sih..
Teman-teman pertama yang tahu tentang saya daftar S2 adalah sesama koas puskesmas Tumpang karena saya beberapa kali ijin ke mereka saat stase puskesmas untuk ngurus berkas pendaftaran ke kampus (trimakasih temaaann ToT)

Pikiran kenapa masuk S2 sebenarnya sudah ada di pikiran sejak saya kecil,
Ya maklum, kakek nenek saya guru, ayah dan pakde pakde paklik bude dan bulik saya juga guru ataupun dosen,
Saya memang dibesarkan di keluarga pengajar, maka bukan hal yang aneh jika saya ingin ke arah yang sama pula,

Saat masih kecil, saya lihat ayah saya sering dapat kue dari mahasiswanya, dan itu mendorong saya yang masih kecil berpikir, "enak ya jadi dosen, bisa dapet jajan,"
Hal itu jg saya utarakan saat tes wawancara, sehingga pewawancara saya tertawa terbahak bahak XD

Jaman seperti sekarang memang memilih untuk S2 adalah hal yang langka,
Saya paham itu,
Tapi tidakkah itu hanya karena sekedar hasil dari sebuah idealisme bahwa doker harus spesialis?
Tidakkah itu adalah hasil dari sebuah dogma bahwa dokter umum tidak akan laku kedepannya nanti?
Munafik rasanya kalau mengatakan bahwa saya tidak pernah punya idealisme seperi itu,
maklum sejak pertama kali masuk kuliah di FK, dosen kami sudah mencekoki kami dengan kata-kata berikut, "kalian nanti harus spesialis, jangan puas hanya dengan menjadi dokter umum,"
Nggak salah juga sih, saya setuju dengan pernyataan diatas,
Tapi, bagaimana bakal bisa ada spesialis kalau pengajar prekliniknya tidak ada?

Saya suka sebuah komentar yang dikemukakan oleh seorang dosen IKM saya yang sekedar berkata hal sederhana namun penuh makna, "jadilah dokter yang plus plus plus,"
Yap, saya pun ingin menjadi dokter yang plus plus plus,


Nah, pertanyaannya adalah:

Apakah menjadi 'plus' itu harus berkecimpung di RS? Harus menjadi spesialiskah?
Bagaimana dengan dokter puskesmas? Tidakkah mereka juga orang-orang hebat karena justru mereka adalah salah satu lini utama terpenting dalam sistem kesehatan nasional?
Bagaimana dengan dokter umum yang juga menjadi direktur perusahaan dan sebagainya? Tidakkah mereka juga hebat?

Lalu mari kita tengok kebelakang pada guru-guru kita selama preklinik, tidakkah mereka juga 'plus plus plus'? Karena ada merekalah kita bisa menjadi seperti sekarang ini,
Bagaimana dengan dokter yang menjadi peneliti? Tidakkah mereka juga hebat? Merekalah yang meletakkan dasar dasar ilmu pengetahuan yang kita punya saat ini,
Terakhir, bagaimana dengan dokter dokter umum yang ada nunjauh disana di pedalaman, berjuang dengan alat seadanya? Menurut saya, walupun mereka "hanya" dokter umum, mereka adalah dokter-dokter yang super sekali..

"ini eranya bukan lagi era dokter umum, sebentar lagi pasar global, semua dokter bisa masuk ke Indonesia, dan dokter-dokter yang biasa-biasa saja bakal tergusur oleh dokter luar, apalagi masyarakat Indonesia yang lebih percaya 'produk luar negeri' daripada lokal"

ini adalah suatu pernyataan yang menarik,
hai kawan, apakah menjadi dokter umum itu artinya selalu menjadi dokter yang "biasa-biasa saja"?
semua itu kembali pada masing-masing dokter,
karena dokter adalah penyedia jasa, maka yang akar pikatan hati adalah kepercayaan pasien pada dokternya,
saya percaya setiap dokter lulusan dalam negeri adalah dokter-dokter profesional, tak peduli itu adalah dokter spesialis maupun dokter umum,
jadi saya optimis bahwa para dokter domestik bisa bertahan dalam terpaan arus globalisasi :)

Saya bukannya ingin mendiskreditkan profesi spesialis,
Tidak pula saya ingin berkata bahwa saya tidak mau jadi spesialis,
Tapi saya ingin membuka cakrawala berpikir kita agar tidak mematok harga mati harus spesialis,
Dunia ini luas teman,
Ada banyak hal yang bisa dieksplor di negeri kita ini,
Dokter masih sangat banyak diperlukan di sangat banyak sektor,
Ada masih banyak kekurangan di negeri ini yang bisa diperbaiki oleh dokter,

Haruskah kita semua para dokter umum menjadi dokter spesialis?
Saya rasa tidak,
Ada banyak jalan untuk menjadi dokter plus plus plus,
temukan tempat dimana kau nyaman berada dan kembangkan minat dan bakatmu semaksimal mungkin :)
Itu baru namanya dokter 'plus plus plus' :)