Minggu, 03 Agustus 2014

9 Years in Review: Tales of The Abyss


You are living your own life. Your memories are yours alone. Don’t deny them. You are here. (Tear to Luke) 

A beautiful story adalah kesan saya secara keseluruhan saat saya menyelesaikan acara nonton anime ini. Diangkat dari game berjudul sama (yang memang pernah saya mainkan) yang pertama kali dirilis pada tahun 2005, anime ini merangkum 70 jam perjalanan dalam game menjadi dongeng 600 menit.

To think this piece of trash is my replica?! I was robbed of my family and my home by this trash?! (Asch to himself)


---------------------------------------------------------------------------------------------------------

One Third Part of the Story Begins…

Planet Auldrant adalah dunia yang dihuni oleh makhluk hidup yang tersusun atas fonon (deskripsi fonon adalah frekuensi suara yang membedakan satu individu dan individu lain seperti fingerprint). Auldrant tersusun atas enam fonon dan satu fonon ketujuh (seventh fonon). Setiap manusia memiliki akses terhadap fonon, namun hanya sebagian kecil yang mampu menguasai seventh fonon. Selain fonon, kehidupan di Auldrant berjalan dengan tuntunan Score. Setiap orang dianjurkan untuk hidup sesuai dengan tuntunan Score agar mereka mendapatkan prosperity yang telah dijanjikan. Para seventh fonist (pengguna seventh fonon) mampu membaca seventh fonstone (Score bagian terakhir) yang dipercaya menyembunyikan rahasia terakhir mengenai planet Auldrant. Oleh karena itulah, kedua kerajaan besar di Auldrant: Kimlasca-Lanvaldear dan Malkuth tak pernah berhenti memperebutkan seventh fonist dan seventh fonstone.

Auldrant meyakini rahasia masa depan yang tercantum dalam Score tidak akan bisa dirubah, hingga suatu teknologi yang disebut fomicry merubah keyakinan tersebut…

Who am i? Why was I born?! (Luke to Van)


Fokus utama Tales of the Abyss adalah Luke fon Fabre, pewaris lini ketiga Kerajaan Kimlasca-Lanvaldear yang dibesarkan dalam kungkungan Fabre Manor sejak ia selamat dari penculikan oleh Kerajaan Malkuth. Akibat insiden penculikan tersebut, Luke kehilangan seluruh ingatannya (dan maksud saya semuanya, bahkan ia harus belajar bicara dan berjalan kembali sejak diselamatkan) atas sebab yang tidak diketahui. Dalam kehidupan serba dilayani dan awareness terhadap commoner yang sangat rendah, ia tumbuh menjadi bangsawan manja yang selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan. Satu-satunya hal yang menghibur Luke adalah sesi latihan pedang oleh tutornya, Van Grants.

Harapan Luke untuk keluar dari kehidupan membosankan pun terwujud saat Tear Grants menyusup masuk ke Fabre Manor untuk membunuh Van. Bukannya berhasil membunuh sasarannya, Tear justru tanpa sengaja menimbulkan hyperresonance dan membawa serta Luke bersamanya ke Tataroo Valley, wilayah Kerajaan Malkuth. Maka perjalanan Tear untuk membawa Luke pulang ke Fabre Manor pun dimulai…

Idiot. (Tear to Luke)


Seperti halnya cerita petualangan lain, Luke dan Tear tidak serta merta punya pintu kemana saja yang membawa mereka kembali ke Fabre Manor. Dalam perjalanan melalui Engeve, keduanya terlibat kasus pencurian bahan makanan yang membawa mereka bertemu Mieu (ituuu yang biru imut-imut ituuuu >.<) dan Fon Master Ion. Perjalanan mereka di Cheagle Woods berlanjut dengan ditangkapnya mereka berdua oleh pihak militer Malkuth yang dikomando oleh Jade Curtiss. Jade dan Anise Tatlin (bodyguard Ion) menawarkan untuk mengantarkan mereka kembali ke Kimlasca dengan satu syarat…

Namun, bahkan dengan bantuan seorang berpengaruh besar seperti Jade, perjalanan Luke justru semakin berbahaya karena Ion yang ikut bersama mereka diincar oleh sekelompok pasukan elit (God-General) dari Daath Cathedral. Luke selamat karena bodyguard-nya, Guy Cecil, datang tepat waktu. Mau tak mau, Luke yang sebelumnya tidak pernah terlibat dalam pertarungan sungguhan harus berhadapan dengan pilihan: membunuh, atau dibunuh.

Women are scary. (Guy to himself)


Keberanian Luke melindungi Ion diakui oleh Ingobert, Raja Kimlasca, dan ia pun ditugaskan untuk memimpin evakuasi penduduk Akzeriuth yang terkurung dalam miasma (semacam gas bumi beracun). Bersama putri mahkota Kimlasca, Natalia Luzu, Luke dengan bangga berangkat sebagai goodwill ambassador. Perjalanan ini mempertemukan Luke dan Natalia dengan Asch the Bloody, salah seorang God-General yang memiliki wajah yang sangat mirip dengan Luke. Perpecahan antar personil tim evakuasi tersebut pun terjadi karena sikap sewenang-wenang Luke yang berlanjut dalam memimpin timnya. Maka niat baik mereka untuk menyelamatkan Akzeriuth pun berakhir tragis…

Indeed. We cannot change what has been done. All we can do afterwards is regret it. Endlessly. (Jade to Asch)


Pertemuan kembali Luke dengan Asch setelah insiden di Akzeriuth membuka tabir tentang jati diri asli Luke. Tak kuasa menerima kenyataan bahwa Asch-lah Luke fon Fabre yang asli, Luke berusaha membunuh Asch, namun Asch dengan mudah melumpuhkan Luke. Asch membiarkan fonslot miliknya terhubung dengan fonslot Luke sehingga kesadaran Luke bergabung dengan dirinya. Melalui  hubungan tersebut, Asch untuk memberi kesempatan pada Luke untuk melihat dunia dari mata seorang Asch. Luke pun akhirnya mengetahui bahwa kelahirannya telah membuat Asch ‘terbuang’ dari Fabre Manor dan terpisah dari Natalia...

If I could make up for it by apologizing, I’d apologize as much as it took. If my dying could bring back the dead… though it’s a bit scary but, I’d die. (Luke to Tear)


Luke terbangun dalam kondisi desperate di Yulia City dan menemukan Tear dan Mieu tidak ikut serta dalam perjalanan Asch, sebagaimana teman-temannya yang lain. Ia pun bersumpah akan menebus kesalahannya di Akzeriuth dan meminta Tear untuk mengawasinya agar menjadi lebih baik. Bersama Tear dan Mieu, Luke memulai perjalanannya kembali. 

Terjebak di antara peperangan Kimlasca dan Malkuth, dihantui upaya sang antagonis meruntuhkan dunia menuju miasma, kehilangan kepercayaan orang-orang yang ia anggap berarti, plus fakta bahwa ia hanyalah replacement bagi Asch, integritas Luke untuk menebus kesalahannya di Akzeriuth pun segera diuji...


---------------------------------------------------------------------------------------------------------

You must be kidding. People can't change overnight. (Anise to Luke)


As The Story Continues…

Luke seketika tahu bahwa mendapatkan kembali kepercayaan yang hilang memerlukan kerja keras yang tidak sedikit. Meskipun sulit, Luke belajar menahan egonya yang sangat tinggi dan membuka diri terhadap permasalahan orang lain. Ia mengalami inferiority complex terhadap Asch dan menyadari bahwa kelahirannya telah membuat Asch menderita. Luke berusaha mengembalikan ‘hak milik’ Luke fon Fabre pada Asch (termasuk nama 'Luke'), yang dengan tegas ditolak oleh Asch.

Menjelang akhir perjalanannya, Luke mendapatkan bahwa ia takkan pernah menjadi seperti Asch. Ia memang pernah hidup sebagai 'pengganti' Asch yang serba sempurna, namun ia adalah dirinya sendiri. Perlahan, Luke mulai menyejajarkan dirinya dengan Asch sebagai individu yang berbeda, individu yang ingin hidup sebagai dirinya sendiri.

Tapi, jika hanya ada satu individu yang diperbolehkan hidup sebagai ‘Luke fon Fabre’, maka siapa yang akan berkorban demi siapa?

‘Please die’, is what I would say if I were responsible for the country. But as your friend, I would like to stop you. (Jade to Luke)



---------------------------------------------------------------------------------------------------------

What Makes This Story Beautiful…

Perjalanan Luke dari selfish menjadi selfless adalah aspek yang paling menarik diikuti. Sepertiga awal saya memainkan game ini, apalagi setelah saya melihat Asch muncul, maka komentar saya adalah, “Kenapa bukan Asch yang jadi tokoh utama?!”, secara Asch-lah yang lebih memenuhi kriteria tokoh utama game semacam ini. Namun, cerita ini jadi mendadak kompleks setelah insiden Akzeriuth dan saya pun mulai menerima kenapa tokoh utamanya bukan Asch, tapi Luke.

Ekspresi wajah dan emosi jauh lebih muncul di anime daripada game. Bagi yang pernah memainkan game ini, pasti merasa bahwa anime ini ‘melengkapi’ game yang sudah ada sejak nyaris satu dekade yang lalu (dan saya baru sadar ada animenya sebulan yang lalu -__-“). Salah satu momen krusial yang hanya muncul di anime adalah momen saat Asch (yang berhasil melarikan diri dari penculikan) menemukan bahwa orang tuanya dan Natalia telah menemukan ‘Luke’ yang lain. Scene tersebut seingat saya, cmiiw, hanya menjadi narasi di game.

Why do I always have to clean up after you make a mess, you trash? (Asch to Luke)


Pergolakan batin Luke dan Asch adalah hal lain yang membuat cerita ini menarik; bagaimana keduanya berjuang membuktikan eksistensinya di mata satu sama lain, namun di sisi lain (tanpa sadar) saling melindungi seperti saudara. Momen yang paling saya sukai adalah saat Luke, bertentangan dengan jeritan hatinya, menggantikan Asch menetralisir miasma. Asch bisa saja membiarkan Luke mati disitu, tapi pada akhirnya Asch (dengan tabiat kasar khas Asch, red) justru menyelamatkan Luke. Meskipun demikian, Luke tetap menderita efek samping yang serupa dengan yang telah dialami Asch akibat insiden tersebut.

Permasalahan yang dihadapi oleh tokoh lainnya juga bukan permasalahan asal lewat. Delapan tokoh utama mendapatkan porsi yang cukup untuk eksplorasi penokohan masing-masing. Bond antara satu tokoh utama dengan tokoh yang lain berjalan dengan optimal dan natural. Jarang lho ada anime yang bisa menyandingkan delapan tokoh (plus Mieu, jadi sembilan) sekaligus dalam hampir seluruh jalan cerita tanpa membuat ada yang terasa gak guna.

Segi grafis, hmm... cukup memanjakan mata. Dalam dunia magic and sword, efek-efek magikal muncul dengan baik. Beberapa scene muncul sebagai perpaduan 2D dan 3D, dan menurut saya hal tersebut sudah cukup bagus untuk anime yang muncul pada pada tahun 2008. Yah, kalau dibandingkan dengan anime jaman sekarang pastinya (agak) jauh :p

Segi sound, yah... they could do more. Bukannya jelek, but could do more. Kekuatan dari anime ini memang lebih terletak pada ekspresi dan konflik yang dibangun, bukan pada sound. Sekali lagi, bukannya jelek, soundnya bagus dan cukup mewakili mood  yang sedang dibangun oleh karakternya, but still, they could do more. Entah kenapa buat saya sound bukan masalah yang terlalu besar sih..

Asch will not die, I will never let him die. (Luke to Natalia)


Romansa bisa menjadi daya tarik lain dalam anime ini, walaupun seperti di game, porsinya tidak banyak dan tidak ada penjelasan yang mana yang berakhir canon. Natalia memang dahulu ditunangkan dengan Asch (sebagai Luke for Fabre), namun ia juga menyayangi Luke yang bersamanya selama tujuh tahun (walaupun Luke tidak pernah merasa dijodohkan dengan Natalia). Luke sendiri sadar bahwa Natalia dan Asch masih memiliki ikatan yang kuat dan merasa bersalah karena kelahirannya telah memisahkan Natalia dari Asch. Di sisi lain, Luke dekat dengan Tear, namun menolak mengakui perasaannya karena khawatir akan menyakiti Tear jika ia tidak bisa bertahan hidup dalam perjalanan mereka. Ribet -__-"

If I hadn’t been born, then Natalia and Asch would never be apart… (Luke to Tear)




--------------------------------------------------------------------------------------------------------

What Makes This Story a Bit Unbearable…

Pace cerita cepat karena harus merangkum 70 jam game menjadi 600 menitan. Total perjalanan Luke dari awal hingga akhir memakan waktu tiga tahun, namun harus didongengkan dalam waktu sekitar 10 jam. Ada banyak (banget) battle yang harus diskip dan perpindahan dari satu kota ke kota lain menjadi kurang dari sedetik. Beberapa event menarik banyak yang diskip, termasuk beberapa sidequest dan skit dari yang bikin saya ngakak di game (terutama yang dilontarkan Jade).

Kecepatan jalan cerita ini menyebabkan seakan-akan Luke tidak pernah istirahat untuk bernapas dan terus menerus berpindah dari satu misi ke misi lainnya. Untuk penonton yang menyukai pace cerita yang lambat, maka menonton anime ini seperti ikutan berlarian ke sekeliling Auldrant. Meskipun demikian, alur cerita utama masih terjaga dan momen-momen penting (terutama yang melibatkan Luke) tetap dieksplor, bahkan dipermak menjadi lebih ekspresif. Yah... walaupun sesungguhnya saya sangat berharap bahwa becandanya Jade (yang selalu keren abis, bikin mules karena ngakak dan menjadi alasan utama mengapa Jade adalah karakter favorit saya) banyak dimunculkan di anime, sebagaimana di game.

I’d like you to watch me from now on, Tear. I may not do a good job right away, but I promise you I’ll change! (Luke to Tear)

Hal paling unbearable dari anime ini adalah ending. What the maksud, menyelesaikan pertempuran terakhir hanya dalam sepertiga akhir episode terakhir -__-“ padahal perjalanan Luke sebegitunya banget menuju tempat terakhir. Seandainya pertempuran terakhir dibuat seekspresif scene lain (yang artinya lebih lama dan lebih jelas klimaksnya) maka seharusnya anime ini akan menjadi jauh lebih beautiful. Jeda waktu setelah pertempuran terakhir juga sebenarnya masih bisa dieksplor lebih jauh lagi sebelum final scene.  

I’m scared. My whole body is shaking. I don’t want to die! (Luke to Tear)


---------------------------------------------------------------------------------------------------------

The Heroes

Luke fon Fabre

I’m sorry I’m not Asch… (Luke to Natalia)

Pewaris lini ketiga Kerajaan Kimlasca-Lanvaldear ini memiliki attitude penguasa yang menyebalkan. Kepribadian Luke bisa jadi adalah alasan kenapa orang meninggalkan game dan anime ini; karena benci dengan tokoh utama (termasuk saya juga, hahaha). Berikut adalah kata-kata untuk mendeskripsikan pribadi Luke di sepertiga awal: heartless, manja, dan besar kepala. Sejak kembali ke Fabre Manor, tak hanya sekedar kehilangan seluruh ingatannya, Luke seringkali mengalami sakit kepala disertai munculnya suara aneh yang memanggil namanya.

Luke mulai belajar memperbaiki diri setelah insiden tragis yang dipicunya di Akzeriuth. Inferiority complex yang dialami Luke terhadap Asch membuatnya terus meragukan arti kelahirannya di dunia. Ia merasa tidak berhak hidup dalam kehidupan yang seharusnya dimiliki oleh Asch, namun interaksinya dengan teman-temannya, terutama Tear, membuatnya menemukan keberanian untuk berdiri di hadapan Asch sebagai dirinya sendiri. Luke sadar ia takkan hidup lama sejak upayanya menggantikan Asch menetralisir miasma, namun hingga akhir ia tetap melakukan yang terbaik guna menebus kesalahannya di masa lalu.

Luke memiliki fisik yang nyaris sama persis dengan Asch dengan sedikit perbedaan pada warna mata dan warna rambut. Selain itu, Luke adalah seorang kidal, sedangkan Asch tidak. Luke memiliki (atau lebih tepatnya diikuti kemana-mana) seekor cheagle bernama Mieu yang sangat loyal padanya, sampai ke taraf menghalangi Asch yang hendak membully Luke. Mieu mengikuti Luke sebagai balas budi karena Luke telah menyelamatkan nyawanya dan para cheagle. Walaupun awalnya Luke sangat terganggu dengan Mieu, pada akhirnya ia membiarkan Mieu selalu nempel padanya kemanapun ia pergi.


Asch ‘the Bloody’

One day, when we’re grown up, let’s change this country. Change it so that no one has to be poor. Change it so that war never happens. Let’s be together until our death, and change this country. (Asch to Natalia)

So, this is the selfless hero. Ialah ‘Luke fon Fabre’ yang asli. Ialah yang diculik dari Fabre Manor saat berusia sepuluh tahun demi percobaan mereplika kemampuan hyperresonance yang dimilikinya. Asch berhasil melarikan diri dan kembali ke Fabre Manor, hanya untuk menemukan bahwa individu lain telah menggantikan posisinya sebagai ‘Luke fon Fabre’. Asch pun membuang nama dan masa lalunya dan bergabung dengan God-General.

Asch mencintai Natalia dan keinginannya melindungi Natalia menjadi alasan selflessness yang ia miliki. Demi menciptakan dunia yang damai seperti yang dijanjikannya pada Natalia, ia terus mengejar Van demi menghentikan ambisi sang master. Walaupun nampak tegar dan tegas (plus kadang kasar banget), Asch sesungguhnya menyembunyikan rahasia mengenai efek samping fomicry yang dideritanya sejak kelahiran Luke. Ia sangat membenci Luke, namun disisi lain dengan tegas memerintahkan replikanya menyingkirkan inferiority complex yang dimiliki Luke terhadapnya. Asch selalu memasang ekspresi wajah yang keras, namun ia sempat memunculkan ekspresi wajah yang lembut pada Natalia dan Luke (pada akhirnya).


Mystearica Grants

We don’t have the time to cry. Crying won’t change anything. (Tear to Luke)

Tear yang emotionless tidak pernah menyangka bahwa misinya membunuh sang kakak justru melibatkannya pada insiden berskala dunia. Tear dengan tegas menolak resolusi Luke untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik, namun setuju memenuhi permintaan Luke untuk menyaksikan Luke berubah. Pada akhirnya Tear memilih untuk kembali mempercayai Luke dan berdiri di sisinya saat semua orang tidak bisa menerima Luke kembali. Tear menyadari usia Luke yang berkurang dengan cepat sejak Luke menggantikan Asch menetralisir miasma, dan menjadi tempat Luke mencurahkan rasa takutnya terhadap kematian.

Tear sangat mengagumi sang kakak dan sangat terpukul saat Van mengkhianatinya. Ingatan Tear tentang cinta Natalia terhadap rakyat Kimlasca memberinya keyakinan bahwa ia berada di jalan yang benar. Ia berjanji akan menghentikan sang kakak walaupun mereka berdua harus mati bersama-sama.

Di sisi lain, Tear adalah penyuka benda imut (seperti Mieu dan rappig milik Raja Peony) dan sangat takut pada cerita horor, walaupun ia akan sangat marah jika ada yang menyinggung tentang hal tersebut.


Jade Curtiss

I am aware of my own sin. (Jade to Spinoza)

Sebagai seorang yang berpengaruh dalam militer Malkuth, Jade menawan Luke dan Tear untuk membantunya dalam misi perdamaian ke Kimlasca. Jade memiliki kecerdasan dan perspektif yang sangat rasional-faktual sehingga seringkali mengeluarkan candaan sarkastik yang terkesan menguji kesabaran orang di sekitarnya. Ia adalah pemilik Tartarus, yang digunakan sebagai salah satu mode transportasi utama oleh Luke dan timnya.

Jade memiliki masa kecil yang kompleks. Sejak kecil ia telah mampu menguasai enam fonon sekaligus. Ambisinya untuk menguasai fonon ketujuh berujung pada kematian masternya. Jade kecil lantas menciptakan teknologi yang disebut sebagai fomicry dalam upayanya menyelamatkan sang master. Karena pengetahuannya yang tak tertandingi tentang fomicry inilah, Jade menjadi yang pertama menyadari bahwa Luke dan Asch sama-sama mengalami disintegrasi fonon yang dapat berlanjut pada kematian.

Ada sebuah skit di game yang menyebutkan bahwa bisa dibilang Jade adalah 'kakek' Luke, karena ialah yang menciptakan fomicry. Jade menjawab (dengan straightforward face) bahwa dia tidak tertarik memiliki cucu seperti Luke XD


Fon Master Ion

We didn’t like being someone else’s replacement. That’s why I cut off my emotions. (Ion to Luke)

Ion adalah anak laki-laki (suer dia laki-laki) yang menjadi simbol perdamaian di Auldrant. Ia menerima misi dari Malkuth bersama-sama dengan Jade untuk menuju Baticul, ibu kota Kimlasca. Trusting and forgiving, Ion memiliki kebijaksanaan yang jauh di atas Luke. Keduanya bertemu dalam insiden di Engeve yang membawa mereka ke Cheagle Woods. Ion mampu mengeluarkan mantra Daath yang super powerful, namun seringkali hal ini berdampak pada kelelahan luar biasa.

Berbeda dari sebagian besar penduduk Auldrant, Ion percaya bahwa Score hanyalah satu dari sekian banyak kemungkinan masa depan yang bisa dipilih. Ia menolak menjadikan Score sebagai satu-satunya jalan untuk meraih prosperity. Ion juga merupakan satu-satunya individu yang secara utuh memahami keinginan Luke untuk membuktikan eksistensinya di dunia. Ia menghadiahi Luke seventh fonstone terakhir yang bisa dibacanya. Ion selalu menganggap Luke pada dasarnya baik hati, namun tidak bisa mengungkapkannya dengan baik.


Anise Tatlin

I don’t want to see anyone else disappear again! (Anise to Luke)

Dalam usianya yang sangat muda, Anise diberkahi kemampuan mengontrol fonon dan terpilih menjadi Fon Master Guardian untuk Ion. Anise mengaku jatuh cinta pada Luke karena Luke adalah anak orang kaya, sehingga ia fall out of love begitu mengetahui jati diri asli Luke. Keinginan Anise menikahi pemuda kaya ini bukan tanpa alasan. Anise terlahir dari keluarga miskin yang selalu terlilit hutang sehingga ia berambisi untuk membayar seluruh hutang tersebut agar keluarganya bahagia. Seiring waktu, Anise kembali mempercayai Luke dan mencurahkan emosi terpendamnya pada Luke setelah ia gagal menjalankan tugasnya sebagai Fon Master Guardian.

Anise memiliki boneka gargantuan yang dinamainya Tokunaga. Atas bantuan Dyst, Anise mampu menggunakan fonon miliknya untuk merubah Tokunaga menjadi boneka raksasa yang dapat dinaikinya. Ia berambisi menjadi Fon Master perempuan pertama setelah masa Ion berakhir dan membuat Luke berjanji menjadi sponsornya.


Guy Cecil

It’s because he’s an idiot that I’m worried about him. (Guy to Anise)

Dalam Fabre Manor, Guy adalah guardian pribadi Luke. Bersama-sama dengan Natalia, Guy berperan penting dalam terbentuknya kepribadian Luke setelah ia kembali ke Manor, tanpa mengetahui bahwa Luke saat itu bukanlah ‘Luke fon Fabre’ yang asli. Meskipun demikian, Guy mengakui bahwa Luke adalah sahabat terbaik yang dimilikinya dan memilih kembali pada Luke daripada berdiri di sisi Asch. Bersama Tear (dan Mieu), Guy menjadi orang pertama yang bersedia menerima Luke kembali.


Masa lalu Guy sangat kelam dan terikat erat dengan Duke Fabre, ayah Luke. Jade merupakan orang pertama yang menemukan identitas asli Guy dan hubungannya dengan Van, namun Guy memilih untuk move on dari dendam masa lalunya dan menerima kehidupannya saat ini sebagai guardian Luke.

Guy mengidap gynophobia, alias fobia terhadap wanita, namun lucunya, justru ialah yang paling dekat dengan definisi gentleman dibanding Luke (yang super brash) dan Jade (yang super sarkastik). Trait ini banyak menjadi humor di skit, dimana Guy akan kabur terbirit-birit setiap kali Tear, Natalia atau Anise mendekat XD



Natalia Luzu Kimlasca-Lanvaldear

I will accept you for who you are. You too are my precious childhood friend. (Natalia to Luke)

Pewaris tahta Kerajaan Kimlasca ini awalnya menggunakan blackmail untuk bergabung dengan tim Luke ke Akzeriuth. Sikap bossy Natalia (yang jauh diatas Luke) berubah sejak Tear menyelamatkan nyawanya dan ia pun menjadi dekat dengan Tear. Eksistensi Asch dan Luke sempat vague bagi Natalia hingga Luke menyatakan bahwa ia takkan pernah bisa menepati janji yang dibuat Natalia bersama Asch. Perlahan, Natalia menerima bahwa Asch dan Luke adalah dua orang yang berbeda dan berharap keduanya bisa hidup berdampingan.

Pada pertengahan cerita, terungkap bahwa Natalia bukanlah anak kandung Ingobert, namun ia tetap menjadi figur yang sangat dicintai oleh rakyat Kimlasca karena loyalitasnya pada mereka. Seperti halnya Asch, Natalia berjuang dengan caranya sendiri untuk mewujudkan janji yang pernah mereka buat bersama-sama. Ketegaran Tear berdiri di pihak yang berbeda dari sang kakak sedikit banyak memberi Natalia keberanian untuk berdiri tanpa Asch disisinya, dengan kesadaran penuh bahwa baik ia maupun Tear tidak sendirian.

Personally, dari semua tokoh, saya paling suka kepribadian Natalia di anime ini (kalau bukan soal kepribadian, saya suka Jade). Leadershipnya keren, humanitynya dapet, di satu sisi dia anggun, dan di sisi lain dia sangat tegar. Ya begini ini harusnya seorang princess di dongeng, she gets things moving, not just hope for something. Memang ada saat-saat di mana Natalia down, tapi tetap terlihat jelas bahwa dia memiliki kebesaran hati dan keberanian untuk menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya. Keren sekali. 

It is true that I want to crush the world. But don’t you still have people here who are precious to you? People you want to protect? (Asch to Van)




---------------------------------------------------------------------------------------------------------



On the Other Side of Our Heroes…

Ada banyak sekali tokoh dalam anime ini, dan saya pikir bakal sangat membosankan kalau saya bahas antagonisnya satu-satu. Jadi, pada bagian super spoiler ini, saya akan menjelaskan sedikit tentang the main antagonist. Ingat, ini super spoiler.

Vandeldesca Grants

Can you not live unless you were born for some purpose? (Van to Luke)

Oke ini super spoiler. Van adalah dirijen di balik semua hal yang dialami Luke dan Asch. Ialah yang membawa Asch (sebagai Luke fon Fabre) dari Fabre Manor dan membuat replika dengan isofon yang persis dan kemampuan hyperresonance yang sama. Van bertindak sebagai swordmaster bagi Asch dan Luke, dan berhasil meyakinkan Luke memicu runtuhnya Sephiroth di Akzeriuth. Ia berambisi membangkitkan semua orang dari tempat kelahirannya, Hod. Meskipun terkesan sangat kejam, Van sangat menyayangi Tear dan berulang kali mengajak Tear untuk bergabung bersamanya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

So what? You are you, Asch is Asch. You may be replica or whatever, but to me you’re the only real one. (Guy to Luke)


and What the Story Tells Us about…

Ada quote yang menjadi favorit saya sejak bertahun-tahun silam, ‘every saint has a past and every sinner has a future’ dan saya kira hal ini menjadi poin terpenting dalam anime ini. Seburuk apapun masa lalu kita, sekelam apapun, seberapapun tidak bisa kita terima, kita masih punya hari ini dan hari esok. Jadi berhentilah sebentar untuk kecewa dan merutuki diri, lalu berjalanlah kembali.

Hal lain yang juga menjadi hikmah dari dongeng ini adalah tidak ada hal yang sia-sia di dunia ini. Setiap orang lahir untuk menjadi dirinya sendiri, tanpa tertutupi oleh bayang-bayang orang lain. Karena kita adalah apa yang kita lakukan sendiri. Karena kita adalah kenangan yang kita alami sendiri. Karena kita adalah apa yang kita pikirkan dan inginkan terhadap diri kita sendiri.

This is probably the happiest time in my life. (Luke to Tear)



My Favorite Scenes are…

  • Mieu tanpa sengaja membakar wajah Luke tepat saat Luke memukul kepala Mieu.
  • Tear teriak ketakutan karena mengira ada hantu, yang tidak bisa dipercaya oleh teman-temannya mengingat Tear biasanya super cool.
  • Asch bermimpi (dengan disaksikan Luke) melihat dirinya di masa kecil yang terbuang dari Fabre Manor.
  • Ekspresi wajah Mieu saat melindungi Luke yang nyaris di­bully oleh Asch.  
  • Luke memotong rambutnya sebagai wujud atonement.
  • Guy kaget karena Luke bisa mengatakan ‘thank you’.
  • Luke diam-diam mengikuti Natalia dan tanpa sengaja mendengar perbincangan Natalia dan Asch.
  • Ion memberikan seventh fonstone terakhir pada Luke dan membebastugaskan Anise.
  • Tear berusaha menghibur Luke soal Guy, tapi malah makin membuat Luke makin sakit hati.
  • Anise curhat pada Luke soal kegagalannya menjadi Fon Master Guardian.
  • Luke mempertemukan Asch dengan keluarganya di Fabre Manor. Ayah dan ibu Luke meminta ‘kedua anak’nya untuk pulang bersama-sama setelah tugas mereka selesai.
  • Jade menyebabkan salju runtuh dan Luke tidak sempat berlindung.
  • Luke menggantikan tempat Asch untuk menetralisir miasma (nih… second best event, second best scene).
  • Jade menyadari Luke berbohong pada teman-temannya soal kondisi kesehatannya sendiri.
  • Luke meminta Mieu kembali ke Cheagle Wood, tapi Mieu berjanji tetap menunggu Luke kembali.
  • 90% dari keseluruhan eps 24: Land of Glory >.<
  • Luke vs Asch. Paling awal hingga paling akhir. (duh… best event, best scene XD)
  • The very final scene, obviously XD

Isn’t it because they’re good friends that they fight so often? (Ion to Anise). It’s just like Luke and Tear’s relationship. (Guy to everyone). It’s the same! (Mieu to everyone)


As an Adaptation of a Game…

Bisa jadi penonton bakal berkomentar seperti ini, “Itu pasukan musuhnya lemah amat sih? Cuman lawan anak-anak kecil aja gak bisa,”. Hehe… Yah, itulah namanya role playing game genre adventure. Akan selalu muncul sepasukan heroes usia belasan hingga mid twenties yang dapat menghadapi tokoh antagonis yang jauh lebih tua.

Kemudian mungkin ada yang berkomentar, “Itu raja-rajanya gak bisa ngapa-ngapain ya kecuali minta tolong sama tokoh utama?” Well… kalo rajanya yang dominan, pasti si raja-lah tokoh utamanya, hahaha :p

Atau mungkin ada yang bilang begini, “Gak mungkin banget ada orang yang takdirnya menampung semua kesalahan yang ada di dunia dan mendadak bisa merubah dunia sekaligus,” Hmm… bukannya hampir semua cerita intinya ya seperti itu? Apalagi model adventure begini, pasti ada orang yang tertakdirkan untuk melakukan sesuatu.

Yah, tidak apa-apa, semua orang punya penilaiannya sendiri-sendiri. Kalau saya diminta memberi nilai terhadap anime ini, maka nilainya adalah 8.2/10. Maunya saya tulis 8.5, tapi ndak jadi karena ada beberapa adegan berdarah yang mungkin membuat agak kurang nyaman ditonton. Overall, worth to watch :)

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Phew, that’s it. Senang rasanya bisa membuat review ini. Saya nonton dan download anime ini disini: http://www.chia-anime.com/tales-of-the-abyss. Dengan durasi total sekitar 600 menit dalam 26 episode, anime ini bisa menjadi rujukan tontonan yang cukup berbobot. Do not judge a book from its format, artinya walaupun anime, bukan berarti tidak bisa memberikan masukan kehidupan yang baik buat penontonnya.

and This is My Favorite Picture to End This Review…

mieuuu XD XD XD

2 komentar:

terima kasih sudah membaca, have a good day!