June 12th: Onyx

Topic: Thing I miss the most…

O N Y X

Though less destructible than most, onyx represents solemn and grief. 

Jika ditanya adakah hal yang saya rindukan,

Maka jawabannya adalah: Mbah Ti, nenek saya dari pihak ibu.

 

Dulu saat masih kecil, saya tinggal bersama beliau bersama beberapa sepupu saya di kota Kediri sementara kedua orang tua saya ada di kota Malang. Alasan saya tidak tinggal dengan orang tua saya adalah karena hari lahir saya (dalam kalender Jawa) sama dengan hari lahir ayah saya, sehingga menurut para sesepuh saya belum boleh tinggal bersama orang tua hingga saya berusia tiga tahun.
(Lalu sekarang saya pun berpikir, apa ya logisnya saran para sesepuh diatas?)

Nenek saya adalah orang yang paling baik hati di dunia ini. Beliau sangat lembut (kontras dengan saya dan ibu saya yang kadang agak... 'ganas') dan sangat pengertian sekali. Setiap kali akan tidur, saya dan beberapa sepupu saya (yang bernasib sama dengan saya, artinya hari lahirnya sama dengan orang tuanya) akan rebutan untuk dininabobokan oleh nenek saya.

Biasanya sih saya yang menang karena saya yang paling muda :p

Uniknya, beliau mengajak saya dan sepupu-sepupu saya untuk ikut mengerjakan beberapa pekerjaan rumah ringan, dengan didampingi oleh beliau tentunya.

Beliau mengajari kami bahwa kami harus bangun dengan teratur, mandi di jam yang telah ditentukan, lalu makan bersama-sama, dan berhenti bermain saat matahari sudah akan terbenam.

Beliau juga yang akan menengahi jika kami para sepupu ini bertengkar.

Beliau juga yang... hmm... sebentar, ngelap air mata dulu... selalu saya cari pertama kali saat saya sekeluarga pergi ke Kediri.

Saat beliau dipanggil Allah di hari kesebelas bulan kelima tahun 2002, saya syok berat. Tapi jeleknya saya sejak kecil, saya sulit menangis kalau ada orang lain bersama saya (paling banter cuma berkaca-kaca), jadi sepanjang perjalanan dari Malang ke Kediri, bahkan setelah sampai di Kediri dan bahkan beberapa hari setelahnya, saya tidak menangis.

Sebagian lagi sepertinya karena saya masih belum percaya bahwa beliau sudah tidak ada.

Saya baru benar-benar nangis setelah kami sekeluarga pulang ke Malang dan saya memiliki waktu sendirian.
Haha...

Tak ada yang bisa saya berikan ke beliau saat ini selain doa supaya beliau dan Mbah Kung bahagia disisi-Nya, dan agar beliau berdua berkenan untuk mampir ke mimpi saya sekali-sekali, sekedar agar saya bisa melihat kembali senyum lembut mereka untuk saya :')