Rabu, 19 Februari 2014

My third year as lecturer is…

So lively.
Setiap hari adalah hari yang berbeda. Selalu ada hal yang berbeda dari hari sebelumnya. Bisa lebih ruwet, bisa lebih sederhana, hahaha :p
Sensasi yang sama selalu saya dapatkan ketika muncul surat AMAT SEGER(a) menghampiri saya. Mungkin rapatinggenah lah, mungkin pelatihan apa lah, mungkin sosialisasi apa lah, mungkin dikasi kerjaan apa lah… dst dst…
Dulu, dalam bayangan saya, jadi dosen itu 80% ngajar, ternyata… fifty fifty lah sama pekerjaan yang lain.

So mobile.
Jadi kitiran? Ah, sudah biasa… Bolak balik dengan rute rumah-kampus-RS-kampus-rumah sudah sering saya lakoni kok, bisa dua tiga kali seminggu. Naik apa? Angkot. Alasan? Males parkir.
Kalau dihitung-hitung, jarak rumah-kampus sama dengan dua kali jarak rumah-RS. Sooo… sudah (harus ter)biasa…

So many students.
Gak hapal. Ini siapa. Itu siapa. Sana siapa. Sini siapa. Kamu siapa. Dia siapa. Aku siapa. #eh..
Wew… memang yang paling saya ingat adalah mahasiswa bimbingan saya, mahasiswa yang ujiannya sama saya, ATAU… mahasiswa yang paling bandel sekelas f(-__-“)
Kalau yang paling pinter sendiri biasanya malah ndak kelihatan mencolok, tapi yang bandel (misal: hobi nelat yang minimal 15 menit setelah kuliah/ praktikum mulai), yang kelewat endel (suka milin-milin rambut atau pake benda serba hellokitty ato pinkies), yang hobi flirting (‘wah liftnya jadi gak mau nutup habis ada dokter cantik yang masuk’), kok saya malah inget populasi yang itu f(-__-“)

So many hours.
Ehem… rasio dosen dan mahasiswa yang ‘wow banget’ bisa menguras energi luar biasa. Cuap cuap sepanjang hari bukan hal aneh lagi. Pagi ngajar, siang praktikum, sore praktikum. Pagi berdiri, siang berdiri, sore berdiri, juga bukan hal aneh… hahahaha XD
Saya menyediakan sepatu berhak rata demi mobilitas dan menjauhkan varises :p

So many emails.
Saya lebih suka mahasiswa mengirimkan makalah konsultasi via email daripada memberi saya hardcopy berlembar-lembar. Yak, konsekuensinya harus siap sedia dan responsif saat ada email masuk, plus, mengajarkan pada masing-masing mahasiswa bimbingan tentang cara menggunakan review system di MSWord.
Kenyataannya, mahasiswa yang mengimel seringkali ingin segera direspon, padahal dosennya masih nyantol di suatu tempat yang gak ada colokan lepi, hahaha XD
Nggak salah juga, kalo saya jadi mahasiswa (mungkin) juga seperti itu :p

So many things that I need to learn.
Makin kita tahu, makin kita tidak tahu. Makin sering saya mengajari orang lain, makin banyak hal yang saya rasa tidak saya ketahui.
Tentu saja dosen tidak mungkin tahu segala-galanya, tapi tampak cerdas dan kompeten di depan mahasiswa itu perlu. Konsekuensi menjadi dosen adalah harus selalu siap dengan pertanyaan macam apapun dari mahasiswa dan sejauh apapun pertanyaan tersebut diajukan. Artinya, harus selalu belajar! Belajar! Belajar!

So many lecturers I meet.
Bekerja di almamater sendiri sama dengan bertemu dengan dosen-dosen saya. Rasa sungkan pasti melekat. Banyak dosen saya yang tidak kenal saya sebelum ini (berarti jaman kuliah dulu saya ndak bandel soalnya dosennya gak inget, hahahahaha XD).

So many improvisations.
Lepas dari materi yang harus saya ajarkan, ada banyak sekali hal lain yang harus saya ajarkan ke mahasiswa, terutama yang berhubungan dengan profesionalisme dan cara belajar.
Semasa kuliah dulu, saya bukan mahasiswa yang cemerlang (ya cemerlang sih, tapi dikit :p), saya paham betul keluhan mahasiswa yang kesulitan menghapal sekian macam hal yang amat sangat banyak sekali. Saya juga paling tidak suka membaca uraian panjang dan grafik yang ruwet. Keterbatasan dan pitfalls (plus beberapa ketidakberuntungan) yang saya punya/ alami selama saya belajar sebagai mahasiswa ternyata banyak bermanfaat saat ini. Saya suka berbagi pengalaman cara mengatasi uraian panjang dan menganalogikan grafik sehingga lebih mudah dipahami.
Jauh lebih banyak mahasiswa yang biasa-biasa saja daripada mahasiswa yang cemerlang, maka saya selalu menekankan pada diri saya sendiri untuk mencari cara agar apa yang saya sampaikan bisa diterima, dipahami dan diingat oleh sebanyak mungkin mahasiswa.
Saya mungkin memang tidak bisa membantu satu persatu mahasiswa (bikaus banyak pake banget wui…) tapi setidaknya saya bisa mengusahakan agar mahasiswa saya tidak jatuh pada pitfalls yang sama dengan yang saya jatuhi dulu :p

So many stocks of patience.
Ngajar harus sabar, kata ayah saya. Seorang dosen bukan orang yang lebih pandai dari mahasiswanya. Dosen mah cuma menang lahir duluan dan mendapatkan kesempatan lebih dulu dari mahasiswanya.
Kadang, butuh kesabaran ekstra dan tabungan sabar untuk mengajari beberapa mahasiswa. Menurut ayah saya, disitulah tantangan menjadi pengajar…
Yah, saya selalu ingat ketidakbrilianan saya selama jadi mahasiswa jadi setidaknya saya bisa sedikit bersabar, hehehe… Walaupun tetap saja, belajar sabar juga salah satu mata pelajaran yang perlu diikuti oleh pengajar manapun :)
NB: dikira admin itu… sering.

So many things to say.
This is the place that I want. This is my place.
Sepertinya memang inilah panggilan jiwa saya. Ada sekian banyak hal yang bisa saya ceritakan setiap hari terkait pekerjaan saya yang satu ini.

...
Terakhir, sebagai penutup, kenapa tiba-tiba muncul tulisan ini?
Karena tadi siang ditanyai mahasiswa, “Dok kenapa sih milih jadi dosen? Saya kalau lihat dokter tu heran deh… “