Jumat, 26 Juni 2015

June 26th: Green

Topic: How important education for me is…


G R E E N 

Like when a green sprout pops out of the land



Bukan tanpa alasan saya pilih hijau alias green kali ini, karena (katanya internet sih) aura yang lekat dengan pengembangan diri, kreativitas dan pendidikan adalah aura berwarna hijau :)

Hmm... mungkin saja ini memang jurinya alias pencetus idenya adalah orang dari kalangan pendidik kali ya sehingga muncullah tema ini. Sejujurnya tema ini termasuk tema yang paling out-of-topic di mata saya dibandingkan dengan 29 tema lain dalam challenge ini, hihihi...

(Note: saya bukan juri, apalagi pencetus ide)

Sebagai tenaga pendidik, saya tentu saja menganggap bahwa pendidikan itu penting. Bagi saya, setiap orang berhak untuk menentukan seperti apa dan sampai dimana pendidikan yang ia anggap perlu. Walaupun secara pribadi saya setuju bahwa pendidikan harus diraih setinggi-tingginya, namun pada akhirnya semua akan kembali ke orang masing-masing. 

Meskipun demikian, saya percaya bahwa setiap orang memang harus 'cerdas' dalam menjalani hidup. Cerdas ini bukan sekedar pintar, tapi tahu dan paham apa yang dilakukan dan bisa membuat jalan keluar dari sebuah gang buntu yang dinamakan 'masalah'.
Orang pintar belum tentu cerdas, tapi orang cerdas pasti pintar.

Tuntutan profesi saya memang mengharuskan saya menempuh pendidikan sampai jenjang doktor, dan karena saya memang dari kecil ingin jadi tenaga pendidik, saya sih enjoy saja disuruh sekolah terus, hihihi...
Sepertinya memang pihak fakultas sendiri sudah kepingin banget mengusir saya untuk pergi sekolah entah kemana sejak setahun belakangan -__-"

Memang, kalau kita melihat dari sisi akreditasi suatu universitas, lulusan luar negeri memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan lulusan domestik. Jadi apakah saya ingin lanjut sekolah ke luar negeri?

Jawabannya iya. Makanya saya masih galau soal Sendai dan Prof yang baik hati itu sampai sekarang.

Tapi sepertinya saya baru akan memutuskan apakah saya akan sekolah di dalam atau di luar negeri jika saya sudah menemukan calon yang fiks.
Artinya begini, kalau saya dikaruniai imam yang belum doktor, saya akan ajakin dia sekolah ke luar negeri bersama saya. Tapi, kalau saya dikaruniai imam yang sudah doktor, saya akan memilih untuk sekolah di dalam kota (bukan sekedar dalam negeri, tapi dalam kota).

Soalnya saya ndak suka dan ndak pingin LDR :p
Plus, saya tidak ingin melewatkan perkembangan keluarga saya dan mendapat efek samping berupa 'dipanggil tante oleh anak sendiri' (ini dialami oleh teman saya yang berangkat Ph.D di Jepang segera setelah anaknya lahir).
Makanya, kalau memang dapat calon yang sudah sampai di taraf doktor atau Ph.D, kayaknya saya lebih baik diam di kota Malang saja deh... :p

Jadi selama calonnya belum fiks, saya malah minta tolong ke yang nyuruh saya sekolah untuk bantuin saya dapat calon yang fiks, termasuk Bu Dekan saya, hahaha XD

Kesimpulannya,
Penting tidak penting adalah jawaban tiap-tiap individu.
Luar negeri atau dalam negeri adalah jawaban tiap-tiap individu.

Yang lebih penting justru setelah terdidik terus mau apa? Iya kan?

6 komentar:

  1. Sure, setuju bagian tiap orang punya hak menentukan hingga tingkat mana ingin menempuh jenjang pendidikan sesuai tuntutan profesi dan kebutuhan....
    Dan emang tema kali ini agak menyimpang dr tema2 lain. Baru nyadar...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, ndak bisa disamaratakan untuk semua orang, tergantung tuntutan profesi masing-masing :)

      dan iya kan? aneh kan ya? hihihi :p

      Hapus
  2. Eh#sapa tahu imamnya ketemunya di Sendai, ayolah mumpung belum ad buntutnya.
    Tp klo yg nunggu dah d dlm kota ngapain juga skull jauh-jauh yak ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah iya kalau disana, kalau disini? hihihi :D
      lagipula takut 'ketinggian' nih saya, masa sdh Ph.D belum ketemu soulmatenya :(

      Hapus
  3. "Orang pintar belum tentu cerdas, tapi orang cerdas pasti pintar." setuju dengan quote ini hehe,

    komporin juga siapa tahu calonnya lagi melanglang di Sendai, coba disusul kesana :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ndak beraniii, hihihi :D
      kalau ternyata bukan disana gimana? T.T

      (lah ini kenapa saya curhat pula?)

      Hapus

terima kasih sudah membaca, have a good day!