kupandangi namanya dalam layar laptopku,
hanya untuk kuucap, "samishi na.." (red. "how lonely"),
aku pertama kali bertemu dengannya bertahun-tahun silam, saat aku masih sangat muda,
bisa dikatakan, kami tumbuh bersama,
bersama-sama mempelajari seluk beluk kehidupan,
ia adalah seorang yang baik,
ia seorang yang tegar,
sangat tegar malah,
ia pantang menyakiti orang lain,
ia rela berkorban, bagi semua orang yg dicintainya,
dan satu hal yang selalu menjadikan aku begitu mengaguminya adalah,
ia selalu tersenyum,
ia adalah seseorang paling murah senyum yang pernah kutahu,
hanya saja,
ia,
in a word: clumsy (saya bingung menerjemahkan 'clumsy' itu seperti apa)
kebaikan hatinya,
kelembutan dirinya,
dan prinsip hidupnya yang takkan menyakiti orang lain,
adalah kelebihannya,
dan kelemahannya,
ia adalah seseorang yang lembut,yang selalu mendasarkan apa yang dia lakukan pada orang lain pada 'apa yang akan terjadi jika aku ada di posisi orang tersebut?'
berkali-kali kudapati ia memilih untuk membiarkan dirinya terluka demi orang lain,
entah sudah berapa ratus kali aku marah padanya,
entah sudah berapa ratus omelan pernah kulontarkan padanya,
aku terus mendorong ia lebih berani mengatakan 'tidak' dan tidak menjadi terlalu baik hati,
bagaimanapun, yang 'terlalu' itu jatuhnya pasti tidak baik, kan?
dan ia pun sedikit demi sedikit berubah,
ia belajar menjadi lebih tegas,
ia belajar jujur pada keinginannya sendiri,
ah, sudahkah aku katakan bahwa ia punya mimpi yang sangat besar?
ia adalah seeorang dengan visi yang jauh kedepan,
ia memiliki banyak sekali minat, dan bakat,
ia telah berkali-kali menginspirasiku menjadi orang yang lebih baik, sedikit demi sedikit
tapi ia tak begitu jujur pada dirinya sendiri,
seperti yang kukatakan, ia lebih baik menyakiti dirinya sendiri,
saat aku berada disampingnya, mungkin aku adalah orang yang paling cerewet atas banyak keputusannya,
aku mungkin adalah orang yang nampak paling suka ikut campur dalam urusannya,
namun bagaimana lagi,
aku seringkali mengkhawatirkannya,
karena di mataku,
ia masih seperti bocah yang bisa begitu saja jatuh kedalam genangan becek saat malam hari yang terang benderang,
walaupun ia sering bersikap lebih dewasa dariku, aku masih seringkali khawatir,
"apakah kau baik-baik saja? ada yang bisa kubantu?" adalah salah satu kalimat yang sering kutanyakan padanya dulu,
dan ia akan menjawab, "tidak apa-apa," atau "it's alright" sambil tersenyum,
sebaliknya,
ia selalu disampingku,
ia selalu menyemangatiku, walaupun jarak semakin terasa jauh,
ia mendampingiku, saat aku sendirian,
ia menghiburku, saat aku sedih,
ia menginspirasiku, saat aku jatuh,
atau setidaknya, ia dulu seperti itu,
waktu merubah segalanya diantara kami,
ia, sahabatku, terjebak diantara dua pilihan yang amat sulit,
diantara cinta,
dan keluarga,
kadang aku merasa, dunia ini tak adil,
mengapa, orang sebaik dia harus memilih hal seperti itu,
mengapa, orang selembut dirinya,
mengapa harus dia?
namun ia masih tersenyum,
ia masih berkata padaku, "semua baik-baik saja,"
sahabatku,
aku tahu seberapa dalam cintamu,
dan seberapa sulitnya bagimu meninggalkan orang yang kau cintai,
dan seberapa sulitnya bagimu menutup masa lalumu,
sahabatku,
hari ini aku berjalan di depan rumahmu,
kubayangkan hari-hari masa kecilmu yang begitu bahagia di tempat itu,
kurasakan kehangatan yang kau dapat dan yang takkan kau tinggalkan,
ia pergi,
menyongsong kehidupannya di tempat yang sama sekali baru,
ditutupnya masa lalunya dengan nyaris tanpa perasaan apapun,
kadang kupikir,
mungkin hatinya terlalu hancur untuk menangis,
mungkin ia terlalu lelah untuk bersedih,
ia meninggalkan semua orang di masa lalunya,
ia korbankan cintanya,
mimpi-mimpi dan harapannya,
demi keluarga yang berarti segala-galanya baginya,
kau tak pernah tahu,
bahwa aku selalu tahu,
aku tahu kamu kesepian...
samishi darou?
mengiris siw... is it true story? or just a creative stories??
BalasHapusit's a true story,
BalasHapuskadang aku pgn nyusul dia, aku peluk dia erat2 sambil bilang " kamu tidak sendirian" :')