Selasa, 10 Mei 2016

Tales of Tas Kresek


ini bukan kresek yang saya maksud tapi ya sudahlah yang penting maksudnya kresek :p

destiny is such a funny thing, I'll tell you that many many times.


Normalnya (catet ya, normalnya), saya tidak akan mencoba untuk transit di kota yang jauh buanget dari Malang. Tempat favorit saya saat transit hanya 1: Jakarta.

Suatu hari, dalam sebuah perjalanan penuh keajaiban, dan maksud saya, perjalanan yang sangat ajaib (gatal deh pingin upload video finalnya disini, tapi kapan-kapan lah karena fokus saya hari ini pada kreseknya), teman-teman seperjalanan saya ngajak transit di Kualanamu, Medan.

Berhubung saya minotaurus, eh maksudnya minoritas, jadi saya ngikut deh, toh saya juga belum pernah ke Kualanamu. Sesampainya disana, sambil menunggu waktu transit yang mencapai 5 jam (atau 6 jam ya?) saya ngider ke sekeliling bandara dan nemu Peripl*s.

(Kebayang kan wajah saya yang kutubuku ini saat melihat tumpukan buku disitu? Hahaha)

Dan saya pun menemukan novel yang memang lagi saya ikuti: 

School of Good and Evil - Soman Chainani
Lalu dimana kreseknya?

Hmm.. jadi begini, ketika saya beli novel diatas, saya mendapatkan tas kresek Peripl*s yang tebel itu. Dan kresek itu kemudian saya lipat-lipat dan saya masukkan ke tas ransel saya (sementara novelnya saya pake ngautis ke sepanjang perjalanan berikutnya).

Destiny lucu yang pertama adalah: saya sudah nyari buku ini kemana-manaaaaaaa dan saya akhirnya nemu di Medan, it is just so weird and cute and weird and funny and weird and laughable and weird and... (stop stop...)

Kemudian tas kresek yang terlipat itu berdiam di tas ransel saya tak tersentuh dan tak teringat lama hingga beberapa hari yang lalu...

Beberapa hari yang lalu saya dan teman saya sedang rapat di kampus, dan kebetulan dapat konsumsi. Nah, berhubung teman saya naik motor, dia agak kesulitan mbawa konsumsinya dan bertanya apakah saya punya tas kresek.
Berhubung saya tidak merasa punya, saya awalnya mengatakan saya tidak punya, sambil membuka-buka kantong-kantong di ransel saya... dan... menemukan kresek Peripl*s tadi masih terlipat rapi.

Hahaha,
Sepele memang,
Tapi coba pikirkan, seandainya saya tidak ke Medan saat itu, seandainya saya ngotot transit Jakarta seperti biasanya, seandainya saya tidak berangkat di perjalanan saya saat itu, maka saya tidak akan nemu Peripl*s, dan kalau saya tidak nemu Peripl*s, saya tidak akan beli novel diatas, dan jika saya tidak beli novel diatas maka saya tidak akan dapat kreseknya.

Dan jika saya tidak dapat kreseknya, maka teman saya tidak akan jadi bawa konsumsi bagiannya pulang.

Sepele,
But that's destiny!

Demi supaya teman saya dapat kresek untuk membawa konsumsinya pulang, saya ditakdirkan transit di Medan dan beli buku.

See?

Hahaha XD

Destiny is such a funny thing.
Only those who ride with it can laugh along the way.        
 

2 komentar:

  1. hahaha,

    iya ngga ada yang namanya kebetulan,
    semuanya udah pasti takdir yang menemukan jalannya, :D

    BalasHapus

terima kasih sudah membaca, have a good day!