You may reach this far not only
because of yourself, but mostly because of your parents’ effort, prayer and
sacrifice.
Okay, I am on my limit so let me
ramble.
Well, alasan rambling saya
sebenarnya cukup konkrit.
Saya melihat fenomena ‘melupakan
kewajiban bakti pada orang tua’ pada seseorang yang dekat dengan saya (dan
kalau kamu baca tulisan ini dan kemudian ngerasa, ya syukurlah). Akibatnya dia jadi
lupa kalau hidupnya masih ditopang orang tua, kuliahnya juga masih dibayarin
orang tua, dan bahwa dia (mungkin tanpa sadar) sudah mengesampingkan perasaan
orang tuanya demi menuruti kehendak sendiri yang sebenarnya justru menyakiti
orang tuanya (walaupun orang tuanya cukup bijak untuk tidak menyampaikan hal
ini pada anaknya).
Apa yang membuat saya sebel
sampe keluar ramble? Karena saya tahu persis kedua orang tuanya seperti apa,
walaupun saya bukan bagian dari keluarga mereka.
Okelah, habisin aja waktumu,
nikmati saja, tidak usah dipikirin bagaimana orang tuamu bekerja nyarikan duit
buat kamu ya… asal nanti jangan protes saat history repeats itself ya =___=’
Bukan cuma hidupmu yang cuma
sekali, hidup orang tuamu pun juga cuma sekali. Kesempatanmu membahagiakan
mereka ya hanya pada saat kamu dan mereka sama-sama masih hidup. Mereka kan
sudah membahagiakan kamu, jadi sekarang giliranmu dong…
Kok mendadak jadi serem ya ramble-an
saya? Hahahaha :p
Saya tidak begitu setuju dengan
adanya orang yang menganggap bahwa dirinya adalah orang yang paling penting
sehingga menganggap bahwa orang lain (termasuk orang tuanya) harus nurut dan
menyesuaikan diri sama dia. Oh well, are you a Hitler? Bahkan saya yang bukan
anggota keluargamu pun tahu bagaimana perasaan orang tuamu lho…
Okelah, kamu bilang ‘dunia tidak
berpihak padamu makanya kamu nemu banyak kesulitan’ but let me ask you and please
answer this with all honesty this world may offer, bukannya kamu aja yang males
berusaha ya? Pertama karena sulit, kedua karena prioritasmu sudah bukan lagi
menyelesaikan kuliah, ketiga karena kedudukan orang tuamu di dalam hatimu sudah
tersaingi.
At least saya melihatnya begitu,
hahaha…
Eh saya tidak buta lho… saya
sudah pernah mengalami yang kamu alami jadi saya tahu bahwa kamu cuma lari dari
kenyataan dan menolak berhadapan dengan masalahmu sendiri.
Worse, you seek comfort dari hal
lain yang semakin mematikan motivasimu buat nyelesein masalahmu. Kamu bilang
comfort yang satu ini like a sun, shines so brightly and everything tapi apakah
semua itu sebanding dengan segala hal yang sudah dilakukan orang tuamu? Hei,
aku saja lho kecewa banget tiap lihat kamu, apalagi orang tuamu?
Kamu sering menulis rasa syukurmu
atas adanya orang tuamu, nah sekarang saya tanya, kamu sudah berbuat kebaikan
apa untuk merealisasikan rasa syukurmu? Apakah semua acara-wasting-time-mu
sekarang ini adalah bentuk rasa syukurmu? =___=’
My dear, masa muda tidak sama
dengan masa mudah. Semakin kamu tunda penyelesaian masalahmu, semakin besar
mbendolnya. Kamu tidak hanya akan kehilangan kesempatan, kamu juga akan
kehilangan kepercayaan dan nama baikmu sendiri. Orang lain akan mengingat kamu
sebagai orang yang tidak bisa menyelesaikan masalah. And there goes your dream.
Ini adalah hal terakhir yang
bisa saya lakukan buat kamu, berhubung kamu selalu defensif (yang I know partly
fake) setiap kali saya ingetin.
Semoga tulisan ini sampai padamu
sebelum waktumu benar-benar habis. Saya tidak peduli kalau setelah ini kamu
keki ke saya, soalnya toh ini adalah hal yang harus saya lakukan untuk kamu,
albeit for the last time. Kalau masih tidak mempan juga, it means that I really
have to lose you forever.
Salam,
Your ‘big sis’.
my dear
BalasHapusjadi inget mbahas arti my dear yang ujungnya ke makan rumput
*ah pasti tahu aku siapa meski pake anonymous*
eh... i know who you are
BalasHapus-____-"