Minggu, 13 Desember 2015

Remember Your Parents!


You may reach this far not only because of yourself, but mostly because of your parents’ effort, prayer and sacrifice.

Okay, I am on my limit so let me ramble.

Well, alasan rambling saya sebenarnya cukup konkrit.

Saya melihat fenomena ‘melupakan kewajiban bakti pada orang tua’ pada seseorang yang dekat dengan saya (dan kalau kamu baca tulisan ini dan kemudian ngerasa, ya syukurlah). Akibatnya dia jadi lupa kalau hidupnya masih ditopang orang tua, kuliahnya juga masih dibayarin orang tua, dan bahwa dia (mungkin tanpa sadar) sudah mengesampingkan perasaan orang tuanya demi menuruti kehendak sendiri yang sebenarnya justru menyakiti orang tuanya (walaupun orang tuanya cukup bijak untuk tidak menyampaikan hal ini pada anaknya).

Apa yang membuat saya sebel sampe keluar ramble? Karena saya tahu persis kedua orang tuanya seperti apa, walaupun saya bukan bagian dari keluarga mereka.

Okelah, habisin aja waktumu, nikmati saja, tidak usah dipikirin bagaimana orang tuamu bekerja nyarikan duit buat kamu ya… asal nanti jangan protes saat history repeats itself ya =___=’

Bukan cuma hidupmu yang cuma sekali, hidup orang tuamu pun juga cuma sekali. Kesempatanmu membahagiakan mereka ya hanya pada saat kamu dan mereka sama-sama masih hidup. Mereka kan sudah membahagiakan kamu, jadi sekarang giliranmu dong…

Kok mendadak jadi serem ya ramble-an saya? Hahahaha :p

Saya tidak begitu setuju dengan adanya orang yang menganggap bahwa dirinya adalah orang yang paling penting sehingga menganggap bahwa orang lain (termasuk orang tuanya) harus nurut dan menyesuaikan diri sama dia. Oh well, are you a Hitler? Bahkan saya yang bukan anggota keluargamu pun tahu bagaimana perasaan orang tuamu lho…

Okelah, kamu bilang ‘dunia tidak berpihak padamu makanya kamu nemu banyak kesulitan’ but let me ask you and please answer this with all honesty this world may offer, bukannya kamu aja yang males berusaha ya? Pertama karena sulit, kedua karena prioritasmu sudah bukan lagi menyelesaikan kuliah, ketiga karena kedudukan orang tuamu di dalam hatimu sudah tersaingi.

At least saya melihatnya begitu, hahaha…

Eh saya tidak buta lho… saya sudah pernah mengalami yang kamu alami jadi saya tahu bahwa kamu cuma lari dari kenyataan dan menolak berhadapan dengan masalahmu sendiri.

Worse, you seek comfort dari hal lain yang semakin mematikan motivasimu buat nyelesein masalahmu. Kamu bilang comfort yang satu ini like a sun, shines so brightly and everything tapi apakah semua itu sebanding dengan segala hal yang sudah dilakukan orang tuamu? Hei, aku saja lho kecewa banget tiap lihat kamu, apalagi orang tuamu?

Kamu sering menulis rasa syukurmu atas adanya orang tuamu, nah sekarang saya tanya, kamu sudah berbuat kebaikan apa untuk merealisasikan rasa syukurmu? Apakah semua acara-wasting-time-mu sekarang ini adalah bentuk rasa syukurmu? =___=’

My dear, masa muda tidak sama dengan masa mudah. Semakin kamu tunda penyelesaian masalahmu, semakin besar mbendolnya. Kamu tidak hanya akan kehilangan kesempatan, kamu juga akan kehilangan kepercayaan dan nama baikmu sendiri. Orang lain akan mengingat kamu sebagai orang yang tidak bisa menyelesaikan masalah. And there goes your dream.

Ini adalah hal terakhir yang bisa saya lakukan buat kamu, berhubung kamu selalu defensif (yang I know partly fake) setiap kali saya ingetin.

Semoga tulisan ini sampai padamu sebelum waktumu benar-benar habis. Saya tidak peduli kalau setelah ini kamu keki ke saya, soalnya toh ini adalah hal yang harus saya lakukan untuk kamu, albeit for the last time. Kalau masih tidak mempan juga, it means that I really have to lose you forever.

Salam,
Your ‘big sis’.

2 komentar:

  1. my dear
    jadi inget mbahas arti my dear yang ujungnya ke makan rumput
    *ah pasti tahu aku siapa meski pake anonymous*

    BalasHapus
  2. eh... i know who you are
    -____-"

    BalasHapus

terima kasih sudah membaca, have a good day!