Some people said that nothing beats the hand of time. The most beautiful thing in the past will turn into less than most beautiful as time goes. The most painful thing in the past will turn into less than most painful as time goes. People’s memory is not that powerful to hold onto their past unless they try so hard to forget anything else.
365 hari berlalu sejak masa saya di sebuah tempat di kawasan
Sarangan, Depok, Jawa Barat.
Pagi hari di
masa itu saya akan bangun dalam kamar bersama dua orang rekan senasib saya
untuk memulai hari. Aktivitas akan dimulai sejak pukul 5 pagi hingga pukul 4
atau 5 sore hari.
Apa saja
aktivitasnya? Duduk, manis, ngopi, ngemil, ngechat (bukan ngecat), dan nge nge
yang lainnya :p
365 hari berlalu sejak saya dipertemukan dengan puluhan orang yang
sebelumnya tidak pernah saya kenal.
Mereka datang
di tempat itu dari seluruh pelosok Indonesia, dikirim oleh instansinya
masing-masing untuk menimba ilmu di tempat yang sama dengan saya selama kurang
lebih 21 hari (atau kurang, soalnya saya lupa kapan start program dan kapan end
program, hahaha).
365 hari berlalu sejak saya dipertemukan dengan puluhan orang di
rentang usia saya yang memiliki kehebatan jauh di atas saya.
Mereka membuka
wawasan saya bahwa di luar sana ada dunia yang sangat luas, tempat segala macam
hal menunggu untuk ditemukan, tempat segala kesempatan menunggu untuk diambil. Sejujurnya,
saya sempat merasa agak minder diantara mereka.
365 hari berlalu sejak saya merasakan hangatnya persahabatan dengan
mereka.
Mereka
menawarkan sebuah tipe persahabatan yang unik, dewasa dan relaks. Dengan merekalah
saya memahami bahwa seperti inilah menjadi orang dewasa.
Kurang dari 365 hari berlalu sejak saya kembali teringat tentang
adanya ‘persona’ yang ditampilkan oleh manusia dalam waktu tertentu.
Apa yang
terlihat di permukaan, kadang adalah cerminan lain dari diri sendiri.
Some people said that dream is a gate of
your sub consciousness. It shows you what you really hold dear, what you really
want, or what you really hate. In dream world, you are unrestrained by
anything.
Jadi, pagi
ini saya bangun sambil tertawa geli, tak lain dan tak bukan adalah karena saya
bermimpi tentang masa-masa saya di Sarangan, Depok.
Awalnya saya
merasa aneh mengapa saya bermimpi demikian, namun ketika saya lewat di depan
kalender, saya baru sadar bahwa hari ini, 365 hari yang lalu, saya ada di sana.
Lucu juga
mengakui bahwa masa-masa disana masih dengan mudah masuk ke ingatan saya kalau
saya mau diam sejenak dan mengingatnya.
Setelah segala
macam hal yang terjadi, saya setengah berharap bahwa saya tidak akan pernah
lagi ingat tentang hal tersebut.
Sejujurnya,
jika saya melihat kembali ke diri saya di masa lalu, saya akan menemukan betapa
saya sudah banyak berubah.
Saya
menemukan bahwa menjadi pribadi yang bebas memiliki kemudahannya sendiri
(dengan beberapa let-down tentunya sih…)
Sempat, di
masa kurang dari 365 hari yang lalu, saya berniat untuk menghapus semua hal
yang terkait dengan masa-masa saya di Sarangan, namun seorang teman saya
berkata seperti ini,
“Kamu yakin
mau hapus semuanya? Kamu lupa ya berapa banyak teman yang kamu dapat selama
disana? Bukan cuma satu orang saja kan?”
Dan saya pun
sadar bahwa saya tidak perlu peduli dengan apapun yang berjalan di otak
masing-masing orang karena saya adalah saya, dengan atau tanpa mereka.
Saya toh tidak
akan bisa membuat semua orang percaya pada saya, jadi, let time flows and erase
what I thought inerasable.
People will forget, but people will not
really forget.
Susahnya jadi
golongan darah O adalah kita memiliki long term memory yang keren, hahaha :p
Hal yang
sudah masuk ke long term memory susah dihapus, namun kami bisa belajar
mengendalikan, dan waktu bisa membantu kami pula.
Saya tidak
seberapa paham kenapa saya bermimpi demikian (dan di sebelah sana ada yang
teriak, “Kau terlalu melogika mimpimu kali! Itu cuman mimpi!).
Kalau secara scientific
mimpi adalah ‘jendela’ seperti yang saya tulis diatas, maka ingatan saya
tentang masa-masa saya di Sarangan adalah ingatan yang ‘spesial’ pakai
fishbone.
Bagaimanapun,
itu adalah masa lalu saya. Itu adalah bagian dari hidup saya. Saya akan hidup
sambil membawa ingatan itu kemanapun saya berjalan.
Saya kira,
saya sudah lama sekali sampai di area yang saya namakan ‘acceptance’.
(atau lebih
tepatnya, saya pun tak peduli apa yang terjadi soalnya toh atashi ni kankenai,
alias it is none of my business anymore).
Lucu juga
menuliskan hal ini disini seakan-akan saya belum move on, hahahaha :D
Begitulah,
saya tak akan bisa membuat semua orang percaya bahwa saya sudah tidak
terpengaruh lagi dengan masa lalu saya.
Tapi toh saya
tidak berhak mencampuri isi pikiran orang, jadi I will let it into your
imagination lah…
You read, you
justify, you judge. It is yours, not mine. Not mine, haha :p
Intinya,
hanya ada satu kata yang bisa saya katakan tentang masa-masa yang saya jalani
di sebuah kampus di kawasan Sarangan, Depok: beautiful.
NB: I will be
more than happy to put one or two pictures inside this post. The problem is, I forgot
where I put them f(-__-“)
---
Another
notable thing:
Yesterday, my colleague stated to me that I
have to stop advancing my career and start looking for a soulmate. He said that me
advancing my career may scare many guys out there so I need to stop for my own
good.
Well, I do look for a soulmate actually, I just
do not announce it out loud, haha :p. (oh no I am announcing it now!)
I told him yesterday that I define my love
life as ‘currently being suspended’ for having no one, but I just cannot let
the other aspects in my life get suspended too.
After all, I am the oldest daughter in my
family, and one of the oldest between my cousins. I am basically being placed
as a role model and I cannot turn it down. I have to keep moving forward and
keep doing my best in everything no matter what happen to me.
As long as I keep doing my best, I believe
that I will be blessed with the best.
Malang, 5.00
am, March 25, 2015
setahun kemarin
BalasHapuskayak judul laguu
=D