So lively.
Setiap hari
adalah hari yang berbeda. Selalu ada hal yang berbeda dari hari sebelumnya. Bisa
lebih ruwet, bisa lebih sederhana, hahaha :p
Sensasi yang
sama selalu saya dapatkan ketika muncul surat AMAT SEGER(a) menghampiri saya. Mungkin
rapatinggenah lah, mungkin pelatihan apa lah, mungkin sosialisasi apa lah,
mungkin dikasi kerjaan apa lah… dst dst…
Dulu, dalam
bayangan saya, jadi dosen itu 80% ngajar, ternyata… fifty fifty lah sama pekerjaan yang lain.
So mobile.
Jadi kitiran?
Ah, sudah biasa… Bolak balik dengan rute rumah-kampus-RS-kampus-rumah sudah
sering saya lakoni kok, bisa dua tiga kali seminggu. Naik apa? Angkot. Alasan?
Males parkir.
Kalau
dihitung-hitung, jarak rumah-kampus sama dengan dua kali jarak rumah-RS. Sooo…
sudah (harus ter)biasa…
So many students.
Gak hapal. Ini
siapa. Itu siapa. Sana siapa. Sini siapa. Kamu siapa. Dia siapa. Aku siapa.
#eh..
Wew… memang
yang paling saya ingat adalah mahasiswa bimbingan saya, mahasiswa yang ujiannya
sama saya, ATAU… mahasiswa yang paling bandel
sekelas f(-__-“)
Kalau yang paling
pinter sendiri biasanya malah ndak kelihatan mencolok, tapi yang bandel (misal:
hobi nelat yang minimal 15 menit setelah kuliah/ praktikum mulai), yang kelewat
endel (suka milin-milin rambut atau pake benda serba hellokitty ato pinkies),
yang hobi flirting (‘wah liftnya jadi gak mau nutup habis ada dokter cantik
yang masuk’), kok saya malah inget populasi yang itu f(-__-“)
So many hours.
Ehem… rasio
dosen dan mahasiswa yang ‘wow banget’ bisa menguras energi luar biasa. Cuap
cuap sepanjang hari bukan hal aneh lagi. Pagi ngajar, siang praktikum, sore
praktikum. Pagi berdiri, siang berdiri, sore berdiri, juga bukan hal aneh…
hahahaha XD
Saya
menyediakan sepatu berhak rata demi mobilitas dan menjauhkan varises :p
So many emails.
Saya lebih
suka mahasiswa mengirimkan makalah konsultasi via email daripada memberi saya
hardcopy berlembar-lembar. Yak, konsekuensinya harus siap sedia dan responsif
saat ada email masuk, plus, mengajarkan pada masing-masing mahasiswa bimbingan
tentang cara menggunakan review system
di MSWord.
Kenyataannya,
mahasiswa yang mengimel seringkali ingin segera direspon, padahal dosennya
masih nyantol di suatu tempat yang gak ada colokan lepi, hahaha XD
Nggak salah
juga, kalo saya jadi mahasiswa (mungkin) juga seperti itu :p
So many things that I need to learn.
Makin kita
tahu, makin kita tidak tahu. Makin sering saya mengajari orang lain, makin
banyak hal yang saya rasa tidak saya ketahui.
Tentu saja
dosen tidak mungkin tahu segala-galanya, tapi tampak cerdas dan kompeten di
depan mahasiswa itu perlu. Konsekuensi menjadi dosen adalah harus selalu siap
dengan pertanyaan macam apapun dari mahasiswa dan sejauh apapun pertanyaan
tersebut diajukan. Artinya, harus selalu belajar! Belajar! Belajar!
So many lecturers I meet.
Bekerja di
almamater sendiri sama dengan bertemu dengan dosen-dosen saya. Rasa sungkan
pasti melekat. Banyak dosen saya yang tidak kenal saya sebelum ini (berarti
jaman kuliah dulu saya ndak bandel soalnya dosennya gak inget, hahahahaha XD).
So many improvisations.
Lepas dari
materi yang harus saya ajarkan, ada banyak sekali hal lain yang harus saya
ajarkan ke mahasiswa, terutama yang berhubungan dengan profesionalisme dan cara
belajar.
Semasa kuliah
dulu, saya bukan mahasiswa yang cemerlang (ya cemerlang sih, tapi dikit :p),
saya paham betul keluhan mahasiswa yang kesulitan menghapal sekian macam hal
yang amat sangat banyak sekali. Saya juga paling tidak suka membaca uraian
panjang dan grafik yang ruwet. Keterbatasan dan pitfalls (plus beberapa ketidakberuntungan) yang saya punya/ alami
selama saya belajar sebagai mahasiswa ternyata banyak bermanfaat saat ini. Saya
suka berbagi pengalaman cara mengatasi uraian panjang dan menganalogikan grafik
sehingga lebih mudah dipahami.
Jauh lebih
banyak mahasiswa yang biasa-biasa saja daripada mahasiswa yang cemerlang, maka
saya selalu menekankan pada diri saya sendiri untuk mencari cara agar apa yang
saya sampaikan bisa diterima, dipahami dan
diingat oleh sebanyak mungkin mahasiswa.
Saya mungkin
memang tidak bisa membantu satu persatu mahasiswa (bikaus banyak pake banget
wui…) tapi setidaknya saya bisa mengusahakan agar mahasiswa saya tidak jatuh
pada pitfalls yang sama dengan yang
saya jatuhi dulu :p
So many stocks of patience.
Ngajar harus
sabar, kata ayah saya. Seorang dosen bukan orang yang lebih pandai dari
mahasiswanya. Dosen mah cuma menang lahir duluan dan mendapatkan kesempatan lebih
dulu dari mahasiswanya.
Kadang, butuh
kesabaran ekstra dan tabungan sabar untuk mengajari beberapa mahasiswa. Menurut
ayah saya, disitulah tantangan menjadi pengajar…
Yah, saya selalu
ingat ketidakbrilianan saya selama jadi mahasiswa jadi setidaknya saya bisa
sedikit bersabar, hehehe… Walaupun tetap saja, belajar sabar juga salah satu
mata pelajaran yang perlu diikuti oleh pengajar manapun :)
NB: dikira
admin itu… sering.
So many things to say.
This is the place that I want. This is my place.
Sepertinya
memang inilah panggilan jiwa saya. Ada sekian banyak hal yang bisa saya
ceritakan setiap hari terkait pekerjaan saya yang satu ini.
Terakhir,
sebagai penutup, kenapa tiba-tiba muncul tulisan ini?
Karena tadi
siang ditanyai mahasiswa, “Dok kenapa sih milih jadi dosen? Saya kalau lihat
dokter tu heran deh… “
So many....
BalasHapussalut deh buat siennra, tapi ari juga suka kepikiran kenapa mau jadi begini ya, pdhl ini bukan impianku hahahahha
tapi jalani yg ada,kadang2 mikir apa karena ini tuntutan ya hahaha
the great and wonderful person
BalasHapusklo bhs indo x
sienra orang yg hebat..
dan mengagumkan.
bnyak sekali hal yg jd pertimbangan
salut sm dokter yg satu ini tetap semangat poko x
tiwi
ari dan tiwi, makasii... maaf baru sempat kebaca soalnya lama ndak sambang ke blog sendiri T.T
BalasHapushahaha,,, jadi dosen seringnya inget yang mahasiswa yang rapatigenah gitu ya.hhahaha
BalasHapusbanget mas Rian, kalo yang ndak aneh-aneh malah ndak ingat :D
BalasHapus