Selasa, 26 April 2016

My Extraordinary but Underestimated Bacteria

http://www.menzies.edu.au

One day, I lost count of how many people saying that I need to go back to mainstream to end a period of my life. My question is: what is 'mainstream'?




Note: this is just another rambling. Do not bother to read when you have any other more important thing to do.




Suatu hari, saya menemukan bakteri yang amat sangat tidak terkenal dan tidak dianggap penting oleh orang Indonesia, dan saya masih ingat komen salah seorang profesor di negeri tercinta ini saat saya menyatakan bahwa saya akan meneliti tentang bakteri ini:

"Buat apa kamu neliti itu?"

Haha..
Right, I wonder why I made that decision.
Peneliti lain yang lebih 'mainstream' takkan mau mengambil topik ini.
Atau bisa jadi mereka takkan menemukan topik itu kali ya... Kenapa? Karena bakteri ini sama sekali bukan bakteri mainstream di Indonesia.

That's being said,
Memang tantangan yang saya hadapi saat 'membesarkan' bakteri ini luar biasa banyak. Mulai dari keterbatasan dana (semua mengharuskan ketua peneliti sudah lulus S3, sementara bakteri inilah yang ingin saya bawa S3), fasilitas (oke, univ saya belum punya Biosafety Level 3 dan saya terancam tidak bisa publikasi internasional, oke this frustrates me the most), dukungan (not all people are kind, if you know what I mean), dan politik antar negara (bakteri = bioterorism, if you know what I mean). Apalah arti seorang peneliti pemula di sebuah kota yang tak dikenal oleh mancanegara ini?

Plus, saya tidak menemukan seorang pun yang bisa mengajari saya tentang bakteri ini di Indonesia.

Lalu saat saya menemukan seorang calon 'pengajar', permasalahan krusial timbul di negeri tercinta ini sehingga saya tidak jadi berangkat ke...

Sendai.

Hahaha, ini pertama kalinya saya jujur tentang hal ini di blog. I am at my wit's end. Sendai, would you please tell my why cannot I visit you yet? It's been two whole years!

But do I give up?

Well, no. Bahkan setelah saya tidak bisa lagi mengakses bakteri standar dari UK (yang berarti saya hampir tidak punya jalan bagaimana saya harus menstandardisasi penelitian saya) saya masih menuruti kekepoan saya dan berjalan di jalan yang sama.
This world needs more than this kind of tremendous obstacle to stop me.

Bukannya saya sekuat itu. Saya punya saat-saat dimana saya pun bisa stres. Ada pula saat dimana positive thinking cannot even save me.


But I just know that I want this. I want to go down this road and see what awaits me at the very end.
Argumentasi saya adalah bahwa bakteri underdog yang saya besarkan ini tak lain dan tak bukan adalah bakteri yang menjadi fokus penelitian di banyak negara lain di Asia Tenggara, kecuali Indonesia.

Almost successful is never enough.
If nobody cannot teach me then I just have to solve it by myself, right? Right? That's the essence of long-life learning. Right? Riiight?

But above everything, the main reason why I cannot give up is because this bacteria seem to play some tricks on me. Every time I am about to give up, it kind of taunts me to catch it. And so far, it has not let me win over it.
Well, I just cannot let this kind of organism win over me. Right? Right? It doesn't even have a backbone!

--poker face--

Saya tidak bisa memberikan garansi sampai kapan saya akan bertahan 'membesarkan' bakteri ini.
Tapi, entah kenapa saya tahu bahwa saya akan menyesal jika saya berhenti. Kalau misalkan memang suatu saat saya harus berhenti, dan balik ke mainstream, saya tidak ingin menyesal karena tidak melakukan yang terbaik.

Lebih baik menyesal karena berusaha tapi gagal, daripada menyesal karena tidak melakukan apa-apa.

Haha, that's the bloodiest lesson I've ever had.

So, I made this note to commemorate this day when I feel like giving up raising this bacteria, but yet again I pick up my own fallen spirit and take another step ahead, up the same road.

Everything that I need to do is things I am well aware of.
Just what am I scared for?


Dear world, let me think for a while,
Then, please stay by my side as I solve the riddle of this tiny living creature. 
I still have a dream to make real. That's why, let me dream on and don't wake me up until we reach beyond the very end.

8 komentar:

  1. ganbatte siennra, ak yakin dikau bisa
    suka dengan quote ini "Lebih baik menyesal karena berusaha tapi gagal, daripada menyesal karena tidak melakukan apa-apa."

    BalasHapus
  2. Makasi Ariii.. amiiiinn *sending icon lope lope* :')

    BalasHapus
  3. Penasaran.. Ini bakteri apa tho,siwi? Sampai g ada yang mau neliti di indonesia.

    BalasHapus
  4. saya juga penasaran, atas ini siapa toh? hahahaha XD

    BalasHapus
  5. Like this: "Lebih baik menyesal karena berusaha tapi gagal, daripada menyesal karena tidak melakukan apa-apa."
    Motto hidup saya juga, hahhaaa

    BalasHapus
  6. loha hanna, lama tak jumpa di blog :D
    yupi, nyesel karena tidak melakukan apa-apa tuh berat banget ngatasinya, jadi lebih baik jangan sampai menyesal :p

    BalasHapus
  7. Mengambil suatu topik jarang itu memang penuh tantangan, tapi teyep ya, kepo itu kalau berhenti pasti meninggalkan sesak di hati
    #eeaaa
    Sending spirit for you
    *tiap kali buka blog ini selalu pengen beruaaha ikut nulis inggris*
    Swmoga lancar yaaa

    BalasHapus
  8. dhiyan, dikau kan salah satu yang tahu level kekepoan saya, ahahaha XD

    BalasHapus

terima kasih sudah membaca, have a good day!