Selasa, 22 Desember 2015

Logika


You cannot be logical and sentimental at the same time, you have to choose one.


Sebenarnya ini tidak langsung berhubungan dengan hari ibu, tapi hari ini saya pingin share tentang pelajaran terbesar yang diajarkan ibu saya pada kami, sang krucil-krucil yang mulai tua ini, hihihi...

Ibu saya selalu bilang, 'Pake logika,'

Itu sudah disampaikan bolak balik oleh beliau sejak usia saya belum genap 10 tahun.

Kamu lagi ngerjain pe er? Pake logika.
(mulai dari matematika sampe ppkn)

Kamu lagi ada pertanyaan yang susah dijawab? Pake logika.

Kamu lagi ada masalah sama orang lain? Pake logika.

Kamu lagi suka sama orang lain? Jangan hilangin logika.
(which was the cause bertengkarnya saya dan Squidy yang bergolongan darah A, beberapa abad yang lalu, hahaha :p)

Karena ibu saya selalu seperti itu, saya tumbuh jadi orang yang bisa dibilang agak sedikit 'beda' dari kebanyakan manusia dengan kromosom XX lain. Hmm.. sepertinya selain karena sifat itu sudah alami saya dapat dari ibu, paparan logika yang terus-menerus beliau berikan ke saya malah memperkuat trait saya yang satu itu.

Dan memang terbukti,
Saat saya tidak mendengarkan logika saya, saat itulah saya melakukan hal yang salah.

at least sampai sejauh ini.

Gara-gara lupa pakai logika, saya pernah melakukan hal yang (kalau saya lihat sekarang) beyond all the stupidity of the world.
Menyesal?
Ndak juga, toh menyesal juga ndak akan merubah yang sudah terjadi.
Cuman, kadang pingin ngakak aja lihat diri saya di masa lalu, LOL XD

Saat ini, logical trait saya sangat dominan dibanding trait yang lain-lain.
Kelebihannya, itu memudahkan saya untuk menyelesaikan tugas demi tugas yang saya dapat di tempat kerja, karena otak saya dengan mudah berputar mencari solusi tanpa saya minta (ini secara denotatif dan konotatif :p). 
Kelemahannya, hmm... sejujurnya, saya punya kecenderungan untuk over-analyzed, akibatnya, kadang saya tidak terhubung dengan emosi saya sendiri (Squidy yang dulu terus mengkritik dengan keras soal ini)

Perdebatan tentang over-analyzed ini pernah terjadi juga di Agustus 2015 ini antara saya dan partner kerja saya saat kami tugas keluar. Saya Enneagram tipe 7 dan dia tipe 2.
Beneran ndak match untuk berdebat hal serumit itu... 
Akhirnya kita begadang sampe jam 2 pagi sampe dianya nyaris ketiduran di kamar saya, hehe :p

Makanya, memang logika dan perasaan itu ndak bisa sama-sama dominan.

Lucunya,
Ibu saya kadang mengeluhkan hal yang sama (kecenderungan saya over-analyzed), hihihi...
Biasanya sih saya lalu protes, kan itu traitnya dulu dari ibu :p
Dan biasanya ibu saya cuma geleng-geleng kepala kalau saya membela diri seperti itu :p

Well, I don't have any plan to change myself anytime soon.

Melalui tulisan ini, saya ingin menyampaikan bahwa saya kadang takkan paham alur pikiran mereka yang mendramatisasi sesuatu yang sebenarnya cukup sederhana.
Saya juga punya toleransi yang tidak seberapa tinggi terhadap orang yang merasa dirinya paling benar karena menurut logika saya tidak ada orang yang tidak pernah salah.

Tapi,
Saya justru punya toleransi yang tinggi pada orang yang perasa.
Hahaha, entahlah, beberapa teman terdekat saya sesungguhnya adalah populasi perasa.
Bagaimana saya bertahan?
Hmm... saya pun tak paham.
Biasanya saya mencari mereka untuk meminta pendapat yang 'manusiawi' terhadap suatu permasalahan, dan biasanya mereka mencari saya untuk meminta pendapat yang 'masuk akal' terhadap suatu permasalahan.

So, simbiosis mutualisme.

Terakhir, saya ingin sharing satu hal,
Someone asked me several months ago, 'how do you fall in love with someone?'
Dan jawaban saya adalah:
'I don't know, I just do,'




Because my logic says, you need nothing to fall in love with someone, so there will be no reason, at all. Hihihi :p

Have a nice mother day! :)
 

5 komentar:

  1. Hehe....biasanya yg dominan logika sih golongan xy, berarti dikau mmng unik termasuk gol xx yg langka^^
    Klo inget zmn skul dulu pokokny ribet bgt temenan sm tmn perempuan yg perasa, mslh kecil bs jadi besar xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kadang-kadang hidup lbh mudah kalau kita tidak terlalu unik, hihihi... Tp gpp sy juga butuh orang perasa buat penyeimbang kehidupan saya :p

      Hapus
  2. kayaknya kita lawannya, kayaknya sy lebih dominan masih pake perasaan hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa bisa kita malah cocok ri, soalnya kutub yang beda kan tarik menarik, hehehe XD

      Hapus
  3. Tos mbak siennra.
    Kita samaan. Malahan dulu sempet dikasi gelar "mrs.otak kiri"
    Soalnya kata 'om ipho' (read : ipho santoso) yang demen pake logika itu tandanya otak kiri yang bekerja, bukan otak kanan.
    Untuk masalah pergaulan ma temen juga samaan.
    Kalo soal jatuh cinta...
    Emp...
    Emp...
    No comment aja lah.... :P

    BalasHapus

terima kasih sudah membaca, have a good day!