kehidupan koas

kehidupan koas seperti ombak yang naik turun,

kadang semangat bisa membanjir seperti takkan pernah habis,
tak peduli sebesar apapun aral melintang tapi hidup koas alias dokter muda akan menjadi sangat SANGAT berwarna,

kadang semangat mencapai titik nol sampai bahkan untuk membuka mata pun sudah malas dilakukan,

setelah dipikir-pikir,
ada beberapa hal yang membuat hidup sebagai koas itu membosankan,

salah satunya, koas itu serba ga jelas. dibilang dokter ya belum, dibilang bukan dokter tapi labelnya dokter (meskipun ada embel2 'muda'-nya),
akibatnya, terjadi kerancuan antara ini seharusnya boleh diputuskan sama koas atau tidak,
misalkan yang terjadi di salah satu poli rumah sakit hari ini,
seorang koas (bukan saya) sudah siap-siap turun poli setelah lewat jam 1 siang, toh bukan kewajiban koas buat tetep stase di poli hingga melebihi jam 1,
dan toh sudah habis pasiennya,
baru timik-timik keluar, eh datang deh pasien satu,
masa ngga dikerjakan sih?
jadi, atas dasar fisiologisnya koas, dikerjakanlah pasien tersebut, dalam artian dianamnesis dan diperiksa,
dan,
ketemulah diagnosa dari pasien ini,
ketika koas ini menoleh ke sekeliling,
"loh?? mana ini dokter-dokternya??"
ternyata ga ada seorang dokter pun yang tersisa di poli tersebut,
nah lhooo??




sebenarnya,
sang koas sudah tahu kok obatnya,
tapi karena ada embel-embel "muda", jadinya ga bisa deh dikasi terapi...
ya nggak??
alhasil, sang pasien kudu menunggu dokternya kembali hanya untuk menuliskan resep dan setelah itu pasien langsung pulang,
(soalnya KIE tentang penyakit dan terapi sudah dilakukan sama sang koas)

and so how about it?
aneh kan?
bukannya saya bilang setelah lulus sarjana langsung saja jadi dokter,
tapi rasanya lucu juga, pasien yang sudah diperiksa koas, sudah didiagnosis koas, sudah di planning terapi koas, ga bisa pulang karena tanda tangan resep dan kartu poli harus oleh dokter, bukan koas..
hehehe...

apa pelajaran yang bisa diambil?
yah..
nanti kalau jadi dokter usahakan jangan gitu, hehehe...