Siennra is one of the bravest people I have
ever known. Yang benar saja? Hahaha, seperti sebagian besar manusia lain,
maka saya pun tersusun atas kumpulan fears, worries, oksigen, plus, tentu saja, tanah. Pilihan ada di tangan saya, untuk terus terpaku dalam kenegatifan atau
memutuskan untuk bergerak ke kutub positif.
Bukan hal
mudah memang, apalagi dengan so many
people stare at me like that I am the most saddened person in the world,
haha :p
Lha terus
kenapa? Saya sih ndak mau menganggap diri sebagai korban, dan saya ndak begitu
peduli juga orang-orang mau menilai seperti apa. Toh saya juga tidak punya
waktu, dan, tidak mau mengorbankan waktu, buat re-explaining. People may
judge, hak mereka. Saya pun juga, punya judgement
seperti mereka.
Tapi memang,
saat saya benar-benar menarik diri dari komunitas untuk menenangkan diri, saat
itulah saya tahu siapa yang cukup care untuk mencari saya. Waktu itu saya tidak
berharap ditemukan, tapi syukurlah, saat saya membuka mata, saya tidak pernah
sendirian.
Mau lari
kemana? Tidak ada tempat lari. Mau menutup mata dan telinga seperti apa? Tidak
akan pernah bisa, kecuali saya buta dan tuli secara harfiah. Tapi saya masih disini,
di tempat dan posisi yang sama, peran yang sama, dengan mata dan telinga yang
masih berfungsi, menandakan bahwa peran saya disini belum selesai. Masih ada
banyak hal yang harus saya lakukan, apapun itu yang pernah terjadi pada saya.
Saya mungkin
tidak se-brave yang dilihat banyak orang, apalagi setegar yang didefinisikan
orang-orang terdekat saya, tapi saya cukup pede untuk bangga dengan logika yang
saya punya. Saya bangga ketika logika saya bisa menopang saya untuk berdiri
sedikit lebih tinggi daripada saya yang dulu.
Bohong banget
kalau dibilang there is no lingering
feeling, well duh I do hate some parts of my past, lha terus kenapa? Semua
hal yang saya lakukan adalah setulus-tulusnya, sejujur-jujurnya. I never lied of being who I am, with all the
similarities and differences. I was lost to fake-and-obviously-compelled similarities,
and so what? Walaupun dunia tidak cukup peduli untuk bersaksi, Allah tidak
pernah tidur. Cukuplah Ia yang tahu, cukuplah Ia yang menentukan.
I am brave enough to say that all that I ever
care of is my world, and those who are parts of it.
maaf yaa...T___T maafkan aku...
BalasHapusHehehe... whatthemaksud? :D
BalasHapussukak sukak sukak sama potingan ini
BalasHapusMy reason to be brave
mari kita brave
*semoga ga nangis di pojokan rs lagi =D
Kau kali yang mojok, saya sih suka ke tengah :p
BalasHapus#lhateyus?